Sabtu, 01 Desember 2012

Ronggeng Dukuh Paruk


Identitas Buku
Judul                 : Ronggeng Dukuh Paruk
Pengarang         : Ahmad Tohari
Penerbit             : Gramedia Pustaka Utama
Tahun penerbit  : 1998
Sinopsis Ronggeng Dukuh Paruk
Dukuh Paruk adalah sebuah desa yang terkenal dengan seorang ronggeng yang mampu menghidupkan desanya sampai ke kota dan pelosok desa lain. Dukuh Paruk tanpa ronggeng bukanlah dukuh paruk. Dukuh paruk hanya lengkap bila di sana ada keramat si Secamenggala, ada seloroh cabul, ada sumpah serapah, dan ada ronggeng bersama perangkat calungnya. Ki Secamenggala, konon merupakan nenek moyang semua orang dukuh paruk, yang merupakan seorang bromocorah yang sengaja mencari daerah paling sunyi sebagai tempat menghabiskan riwayat keberadaannya.
Namun, setelah beberapa tahun berlalu dukuh paruk seakan sepi karena tidak ada lagi seorang ronggeng. Ronggeng yang terakhir sudah mati sejak dua belas tahun yang lalu. Kemudian muncullah benih-benih ronggeng dalam diri Srintil. Srintil adalah gadis kecil berusia 11 tahun . Sejak kecil Srintil diasuh oleh kakek dan neneknya, karena orang tua Srintil telah meninggal dunia sejak Srintil berusia 5 bulan. Orang tua Srintil meninggal dunia karena terkena racun tempe bongkrek buatan ibunya sendiri. Bakat menari Srintil telah diketahui kakeknya. Karena kakeknya sering memperhatikan Srintil menari di bawah pohon nangka bersama ketiga temannya, yaitu Rasus, Warta, dan Darsun. Kakek Srintil yang bernama Sakarya, percaya bahwa Srintil telah kemasukan indang. Indang adalah semacam wangsit yang dimuliakan di dunia peronggengan. Dari cara Srintil menari, lenggak-lenggoknya sama seperti tarian yang dilakukan oleh ronggeng. Sebab bagaimanapun diajari, seorang perawan tidak bisa menjadi ronggeng kecuali roh indang telah merasukinya.
Beberapa hari kemudian Sakarya menceritakan tentang apa yang dilihatnya pada diri Srintil kepada Kartareja, yang secara turun temurun menjadi dukuh ronggeng di Dukuh Paruk. Untuk pertama kalinya Srintil menari dihadapan banyak orang. Di rumah Kartareja, Srintil dirias oleh Nyai Kartareja. Srintil didandani layaknya seorang ronggeng dewasa. Nyai Kartareja tak lupa meniupkan mantra pekasih ke ubun-ubun Srintil. Mantra yang di Dukuh paruk dipercaya akan membuat siapa saja tampak lebih cantik dari sebenarnya, beberapa susuk emas juga dipasang. Semua pandangan tertuju pada Srintil ketika dia muulai menari.
Dua bulan sudah Srintil menjadi ronggeng, namun masih ada tahapan yang harus dilaluinya, sebelum Srintil menyebut dirinya ronggeng. Salah satu diantaranya adalah upacara pemandian yang secara turun-temurun dilakukan di depan cungkup Ki Secamenggala. Semua warga tidak ada yang melakukan aktivitas pagi itu, karena menyaksikan upacara pemandian ronggeng yang jarang terjadi. Setelah upacara pemandian selesai, calung mulai dimainkan dan sang ronggeng mulai melenggok. Tiba-tiba Kartareja memanggil, tatapan matanya yang terbeliak menatap mulai mendekati Srintil dan menari bersamanya. Hanya Sakarya yang paham bahwa Kartareja telah dirasuki oleh arwah Ki secamenggala. Namun itu menandakan bahwa Srintil telah diterima oleh ruh Ki Secamenggala untuk menjadi ronggeng sejati. Upacara pemandian di perkuburan itu bukan syarat terakhir seorang gadis untuk menjadi ronggeng sejati.
Orang dukuh paruk mengatakan bahwa Srintil harus menyelesaikan satu syarat lagi. Syarat terakhir yang harus dipenuhi Srintil adalah bukak-klambu. Bukak-klambu adalah semacam sayembara terbuka bagi laki-laki manapun. Yang disayembarakan adalah keperawanan calon ronggeng. Laki-laki yang dapat menyerahkan sejumlah uang yang ditentukan oleh dukun ronggeng, berhak menikmati virginitas itu. Rasus sudah mengetahui bahwa ada dua pemuda yang memenangkan sayembara itu, yaitu Dower dan Sulam. Sulam sudah menyerahkan seringgit uang emas dan Dower menyerahkan seekor kerbau dan 2 rupiah uang perak kepada Ki Kertareja. pada malam yang telah ditentukan, Srintil akan menjalankan tahap selanjutnya yaitu bukak-klambu. Kedua pemuda itu bertengkar siapa yang akan mendapat giliran pertama. Rasus mendengar pertengkaran tersebut. Tanpa diduga, saat Rasus dalam keadaan sedih, tiba-tiba Srintil menghampiri Rasus dibelakang rumah Kertareja. Srintil memohon kepada Rasus untuk menidurinya waktu itu. Srintil memaksa Rasus untuk menidurinya dan dengan akhirnya virginitas Srintil sudah diambil Rasus. Rasus adalah laki-laki yang sangat di cintai oleh Srintil.  
Rasus kemudian memutuskan untuk mengasingkan diri ke desa Dawuan. Karena jika ia tetap di Dukuh peruk, sering muncul dalam diri Rasus bayangan Srintil sebagai Emaknya. Rasus telah mengalah dan membiarkan Sritil menjadi milik orang banyak dan menjadi ronggeng kebanggaan dukuh paruk, setelah ia menolak Srintil, ketika Srintil memintanya untuk menjadi suaminya.
Pasar Dawuhan sedikit demi sedikit mulai merenggangkan hubungan Rasus dengan Srintil. Pasar Dawuhan memberikan cakrawala luas kepada Rasus tentang banyak hal. Pengalaman Rasus di pasar Dawuhanlah yang banyak memberinya pelajaran. Dunia yang dulu ia kenal hanyalah Dukuh Paruk, ternyata nilai-nilai yang berada di dukuh paruk tidak berlaku secara umum. Pasar Dawuhan juga menjadi tempat pertemuan antara Rasus dengan Srintil. Di pasar Dawuhan juga Rasus juga bertemu dengan Sersan Slamet. Karena pengabdian Rasus, kemudian ia diangkat menjadi tentara. Tugas pertama yang harus ia jalankan yaitu ia harus berjaga di dukuh paruk, karena Sersan menganggap bahwa Rasuslah yang lebih mengetahui seluk-beluk tentang Dukuh Paruk. Ketika itu ia mendapat tugas berjaga dengan kopral Pujo. Banyak perampokan yang terjadi di kecamatan Dawuhan, termasuk Dukuh Paruk. Untuk itu Rasus ikut terlibat karena kekurangan tentara. Tak terasa Rasus telah dua tahun meninggalkan Dukuh Paruk, karena ia lebih banyak menghabiskan waktunya di Dawuhan dan menjadi tentara. Ketika ia kembali ke Dukuh Paruk untuk menjalankan tugasnya. Ia menyempatkan diri untuk menemui Srintil. Srintil sering ngomong kepada Rasus, bahwa ia menginginkan  sebuah pernikahan dan menjadi wanita yang sejati dengan menjadi seorang ibu. Namun Rasus masih tidak bisa mengabulkan.
Sudah lama Srintil tidak menari menjadi ronggeng karena ada suatu permasalahan dengan Bakar, yang merupakan rekan kerjasama antara sang ronggeng maupun pemain calung. Bakarlah yang selama ini mempromosikan ronggeng sampai ke desa lain. Namun karena terjadi perselisihan mereka menjadi musuh. Terjadilah pemberontakan di Dukuh Paruk serta di perkuburan Ki Secamenggala. Karena mereka tidak menerima perlakuan Bakar, akhirnya Srintil dan Sakum melaporkan perbuatan Bakar ke polisi. Namun yang terjadi malah semuanya ditahan. Hanya Srintillah yang tidak tahan karena kecantikannya. Namun akhirnya Srintil juga merasakan dalam sel tahanan.  
Pengalaman Srintil sebagai tahanan menyadarkan ia tentang harkatnya sebagai manusia. Karena itu ia mempunyai keinginan untuk memperbaiki diri. Muncullah Bajus dalam kehidupannya. Bajus adalah salah satu pekerja proyek yang ikut dalam pembangunan di dukuh paruk. Karena nenek Srintil berjualan pada saat pembangunan tersebut berlangsung, jadi Bajus sering berkunjung dan akhirnya merekapun dekat. Srintil telah menaruh harapan yang besar kepada Bajus untuk dapat menemani hidupnya dan merubahnya. Karena Srintil terpengaruh oleh cerita-cerita Bajus, akhirnya Srintil mau saja ketika ia diajak oleh Bajus ke kota dan diperkenalkan dengan bos Bajus.
Harpan yang berkobar itu dalam seketika hilang dan menjadi sebuah sesal dan tangis hanya karena iming-iming uang yang banyak dan pekerjaan yang diberikan oleh bos Bajus. Karena kejadian itu jiwa Srintil terguncang dan mengalami gangguan. Bajus sadar Srintil menjadi berubah karena perbuatannya. Bajus kemudian membawa Srintil kembali ke Dukuh Paruk bersama nenek dan kakeknya. Rasus yang telah lama berkelana, seketika langsung kaget ketika ia kembali ke Dukuh Paruk dan melihat perubahan dalam diri Srintil. Memang hanyalah Rasus yang dapat merubah Srintil menjadi kembali seperti semula, hanya kata-katanyalah yang diperhatikan oleh Srintil. Ternyata apa yang dikatakan oleh mendiang Sakarya tentang bulan berkalang bianglala adalah datangnya masa susah Dukuh Paruk, dan itu memang terjadi di Dukuh Paruk.

0 komentar:

Posting Komentar