Minggu, 02 Desember 2012

Analisis Puisi Jalan Ke Pantai Karya Abdul Hadi W.M Kajian Semiotik


Analisis Puisi “Jalan ke Pantai” Karya Abdul Hadi W.M Dalam Buku Pembawa Matahari.
 Jalan ke Pantai
Jalan ke pantai dari rumahku
kecil berkerikil, namun terasa lebar
jika kujejekkan kaki menghidupkan nafas pasir
duri-duri semak selalu berkisah-
sumur-sumur tak pernah kering
di tengah ketandusan. Luka
tak terasa sebagai luka bila tercium
harum darah kembang-kembang kaktus liar
dan usia membuang usianya
akar-akar kebebasan bangkit kembali
dan tunasnya menghijau menyingkap cakrawala
apa yang mesti kucemaskan?
Telah banyak hari-hari kulalui
Telah banyak hari-hari melaluiku
Melalui semak-semak, duri-duri
Melalui jalan ke pantai dari rumahku
membawa langit membentang laut
menuntun apak kepada ibunya
kelopak-kelopak mawar kepada sari-sari bunga

Analisis Dari Segi Semiotik
Dalam semiotik ada hubungan yang disebut struktur triadic (struktur tigaan/triadik). Adapun 3 jenis hubungan yang paling penting adalah hubungan pelaksanaan yaitu icons, indeks, dan symbol. Dalam puisi “jalan ke pantai” ini analisis hubungan pelaksana adalah sebagai berikut :
1.      Icons :
Icons adalah hubungan kemiripan.adapun icons dalam puisi ini adalah Ggambar-gambar pantai, rumah, dan semak-semak belukar.
2.      Indeks
Indeks adalah hubungan kedekatan eksistensi. Adapun indeks dalam puisi ini adalah suara nafas pasir dan suara deburan ombak.
3.      Symbol :
Symbol adalah hubungan yang terbentuk secara konvensional. Adapun symbol dalam puisi ini adalah ucapan akar-akar kebebasan bangkit kembali.
Puisi “Jalan ke Pantai” ini menggunakan gaya bahasa personifikasi dimana ada bait yang berbunyi :
“ duri-duri semak selalu berkisah-“
Dari semiotiknya ini menandakan bahwa penyair ingin menyampaikan gagasannya tentang persasaannya yang bergejolak.
“akar-akar kebebasan bangkit kembali”
Disini perasaanya bangkit kembali dan bisa diungkapkan dengan perasaan yang penuh perjuangan.  
“dan tunasnya menghijau menyingkap cakrawala”
Disini makna semiotiknya bahwa perasaan penyair ingin mengungkapkan sebuah gagasannya seperti sebuah tunas yang ingin menyingkap cakrawala. Penyair ingin memberikan pendapat bahwa pengorbanannya sangat besar dalam kehidupan ini.
Analisis semiotik dari bentuknya yang memanjang tanpa ada baitnya menjadikan interprestasi puisi ini sangat luas cakupannya. Dari klimat pertama hingga akhir hanya dipisahkan oleh tanda titik (.). disini ujaran dari penutur ingin menceritakan gagasannya.
Dalam puisi “Jalan ke Pantai” juga terdapat isotopi-isotopi. Isotopi adalah wilayah makna yang terbuka yang terdapat didalam sepanjang wacana. Isotopi ini merupakan satu bagian dalam pemahaman yang memungkinkan pesan apapun untuk dipahami sebagai suatu perlambangan yang utuh. Oleh karena itu, didalam isotopi makna itu mencakup keutuhannya. Adapun isotopi yang ada pada puisi “jalan ke pantai” antara lain :
1.      Isotopi alam : jalan, pantai, berkerikil, kecil, pasir, daun-daun, semak, sumur-sumur, kering, ketandusan, harum, kembang-kembang, kaktus, liar, akar-akar, kebebasan, tunasnya, menghijau, cakrawala, hari-hari, semak-semak, duri-duri, kelopak-kelopak, mawar, sari-sari, bunga, langit, dan laut.
2.      Isotopi manusia : rumahku, menghidupkan, nafas, berkisah, kering, luka, terasa, tercium, harum, darah, usia, membuang, usianya, kebebasan, bangkit, kembali, menyingkap, kucemaskan, kulalui, hari-hari, melaluiku, membawa, membentang, menuntun, apak, dan ibunya.
3.      Isotopi perasaan : terasa, lebar, kujejakkan, menghidupkan, berkisah, ketandusan, tercium, harum, kebebasan, bangkit, menyingkap, kucemaskan, kulalui, melaluiku, membawa, membentang, dan menuntun.
4.      Isotopi perbuatan : jalan, kujejakkan, menghidupkan, berkisah, ketandusan, terasa, tercium, membuang, kebebasan, bangkit, menghijau, menyingkap, kucemaskan, kulalui, hari-hari, melaluiku, melalui, membawa, membentang, dan menuntun.
5.      Isotopi waktu : hari-hari, usia, dan kembali.
6.      Isotopi tempat : jalan, pantai, rumahku, sumur-sumur, tengah, semak-semak, laut, mawar.
7.      Isotopi penghubung : ke, dari, namun, jika, selalu, tak, pernah, di, sebagai, bila, dan, apa, yang, telah, banyak, dan kepada.
Masing-masing ke-7 isotopi tersebut sangat mendukung kehadiran motif. Motif adalah unsure yang terus menerus di ulang. Kehadiran dari motif ini mendukung tema. Motif-motif yang mendukung tema adalah motif yang sering muncul atau menonjol.
            Motif perbuatan menunjukkan bahwa motif pertama puisi ini adalah aktivitas manusia yang terutama berkaitan dengan gerak. Dimana perlu pengorbanan dan perjuangan untuk menuju ke pantai itu. Dengan berbagai hambatan dan rintangan yang menghadang.
Kehadiran isotopi alam akar, tunas, kembang-kembang, kaktus, menunjukkan kepada kita bahwa semua itu adalah metafor, kiasan, dari kehidupan manusia.
Puisi ini diakhiri dengan kalimat “ kelopak-kelopak mawar kepada sari-sari bunga ” itu merupakan sebuah kesetiaan dalam menghadapi permasalahan. Meski jalan kehidupan yang begitu banyak rintangan tapi tetap saja kita harus selalu berusaha. 

0 komentar:

Posting Komentar