This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Senin, 17 Desember 2012

Arasy

Dalam KBBI kata arasy berarti (1)takhta Tuhan; (2) surga yg tertinggi tempat takhta Tuhan. Sedangkan hakikatnya arasy Allah SWT, tidak ada seorang pun yang mengetahuinya. Yang pasti arasy sudah ada diatas surga Firdaus sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rosulullah SAW.

"Jika kalian memohon surga kepada Allah SWT, mohonlah surga Firdaus al-A'la. Sesungguhnya Firdaus itu adalah tengah-tengahnya surga dan surga yang tertinggi. Di atasnya ada arasy ar-Rahman." (HR.al-Bukhari).

Begitu juga dengan ayat-ayat al quran yang menjelaskan tentang arasy.

"(Dia) memiliki arasy yang mulia, memperbuat apa saja yang dikehendaki-Nya". (QS. al-Buruj:15-16)

"Ar-Rahman bersemayam di atas arasy". (QS. Thaha:5)


Selasa, 04 Desember 2012

Kemana Arah Cintamu

kemana arah janjimu
kemana arah cintamu
haruskah aku meminta
menyemai butiran-butiran cinta ini
yang dulu telah kau dustai
kau lukai
namun mengapa?
kekasihku
dulu kau sumpah setia
tapi kini kau dustai cinta
cinta yang pernah bersemi
didalam hati
dulu kau cinta secinta-cintanya
namun kini tak kau sisakan segenggam pun cinta itu
yang kau sisakan hanya bencimu

Minggu, 02 Desember 2012

Analisis Puisi Jalan Ke Pantai Karya Abdul Hadi W.M Kajian Semiotik


Analisis Puisi “Jalan ke Pantai” Karya Abdul Hadi W.M Dalam Buku Pembawa Matahari.
 Jalan ke Pantai
Jalan ke pantai dari rumahku
kecil berkerikil, namun terasa lebar
jika kujejekkan kaki menghidupkan nafas pasir
duri-duri semak selalu berkisah-
sumur-sumur tak pernah kering
di tengah ketandusan. Luka
tak terasa sebagai luka bila tercium
harum darah kembang-kembang kaktus liar
dan usia membuang usianya
akar-akar kebebasan bangkit kembali
dan tunasnya menghijau menyingkap cakrawala
apa yang mesti kucemaskan?
Telah banyak hari-hari kulalui
Telah banyak hari-hari melaluiku
Melalui semak-semak, duri-duri
Melalui jalan ke pantai dari rumahku
membawa langit membentang laut
menuntun apak kepada ibunya
kelopak-kelopak mawar kepada sari-sari bunga

Analisis Dari Segi Semiotik
Dalam semiotik ada hubungan yang disebut struktur triadic (struktur tigaan/triadik). Adapun 3 jenis hubungan yang paling penting adalah hubungan pelaksanaan yaitu icons, indeks, dan symbol. Dalam puisi “jalan ke pantai” ini analisis hubungan pelaksana adalah sebagai berikut :
1.      Icons :
Icons adalah hubungan kemiripan.adapun icons dalam puisi ini adalah Ggambar-gambar pantai, rumah, dan semak-semak belukar.
2.      Indeks
Indeks adalah hubungan kedekatan eksistensi. Adapun indeks dalam puisi ini adalah suara nafas pasir dan suara deburan ombak.
3.      Symbol :
Symbol adalah hubungan yang terbentuk secara konvensional. Adapun symbol dalam puisi ini adalah ucapan akar-akar kebebasan bangkit kembali.
Puisi “Jalan ke Pantai” ini menggunakan gaya bahasa personifikasi dimana ada bait yang berbunyi :
“ duri-duri semak selalu berkisah-“
Dari semiotiknya ini menandakan bahwa penyair ingin menyampaikan gagasannya tentang persasaannya yang bergejolak.
“akar-akar kebebasan bangkit kembali”
Disini perasaanya bangkit kembali dan bisa diungkapkan dengan perasaan yang penuh perjuangan.  
“dan tunasnya menghijau menyingkap cakrawala”
Disini makna semiotiknya bahwa perasaan penyair ingin mengungkapkan sebuah gagasannya seperti sebuah tunas yang ingin menyingkap cakrawala. Penyair ingin memberikan pendapat bahwa pengorbanannya sangat besar dalam kehidupan ini.
Analisis semiotik dari bentuknya yang memanjang tanpa ada baitnya menjadikan interprestasi puisi ini sangat luas cakupannya. Dari klimat pertama hingga akhir hanya dipisahkan oleh tanda titik (.). disini ujaran dari penutur ingin menceritakan gagasannya.
Dalam puisi “Jalan ke Pantai” juga terdapat isotopi-isotopi. Isotopi adalah wilayah makna yang terbuka yang terdapat didalam sepanjang wacana. Isotopi ini merupakan satu bagian dalam pemahaman yang memungkinkan pesan apapun untuk dipahami sebagai suatu perlambangan yang utuh. Oleh karena itu, didalam isotopi makna itu mencakup keutuhannya. Adapun isotopi yang ada pada puisi “jalan ke pantai” antara lain :
1.      Isotopi alam : jalan, pantai, berkerikil, kecil, pasir, daun-daun, semak, sumur-sumur, kering, ketandusan, harum, kembang-kembang, kaktus, liar, akar-akar, kebebasan, tunasnya, menghijau, cakrawala, hari-hari, semak-semak, duri-duri, kelopak-kelopak, mawar, sari-sari, bunga, langit, dan laut.
2.      Isotopi manusia : rumahku, menghidupkan, nafas, berkisah, kering, luka, terasa, tercium, harum, darah, usia, membuang, usianya, kebebasan, bangkit, kembali, menyingkap, kucemaskan, kulalui, hari-hari, melaluiku, membawa, membentang, menuntun, apak, dan ibunya.
3.      Isotopi perasaan : terasa, lebar, kujejakkan, menghidupkan, berkisah, ketandusan, tercium, harum, kebebasan, bangkit, menyingkap, kucemaskan, kulalui, melaluiku, membawa, membentang, dan menuntun.
4.      Isotopi perbuatan : jalan, kujejakkan, menghidupkan, berkisah, ketandusan, terasa, tercium, membuang, kebebasan, bangkit, menghijau, menyingkap, kucemaskan, kulalui, hari-hari, melaluiku, melalui, membawa, membentang, dan menuntun.
5.      Isotopi waktu : hari-hari, usia, dan kembali.
6.      Isotopi tempat : jalan, pantai, rumahku, sumur-sumur, tengah, semak-semak, laut, mawar.
7.      Isotopi penghubung : ke, dari, namun, jika, selalu, tak, pernah, di, sebagai, bila, dan, apa, yang, telah, banyak, dan kepada.
Masing-masing ke-7 isotopi tersebut sangat mendukung kehadiran motif. Motif adalah unsure yang terus menerus di ulang. Kehadiran dari motif ini mendukung tema. Motif-motif yang mendukung tema adalah motif yang sering muncul atau menonjol.
            Motif perbuatan menunjukkan bahwa motif pertama puisi ini adalah aktivitas manusia yang terutama berkaitan dengan gerak. Dimana perlu pengorbanan dan perjuangan untuk menuju ke pantai itu. Dengan berbagai hambatan dan rintangan yang menghadang.
Kehadiran isotopi alam akar, tunas, kembang-kembang, kaktus, menunjukkan kepada kita bahwa semua itu adalah metafor, kiasan, dari kehidupan manusia.
Puisi ini diakhiri dengan kalimat “ kelopak-kelopak mawar kepada sari-sari bunga ” itu merupakan sebuah kesetiaan dalam menghadapi permasalahan. Meski jalan kehidupan yang begitu banyak rintangan tapi tetap saja kita harus selalu berusaha. 

Sabtu, 01 Desember 2012

99 Cahaya Di Langit Eropa

   Inilah Novel terbitan baru yang membuat para pembaca semakin terkagum dengan hal-hal yang menarik, kisah perjalanan menapaki jejek islam di Eropa. Novel karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra ini memang memiliki keunikan tersendiri. Orang akan menyukai novel ini dari saat pertama kali melihat sampulnya. 
   Aku mengucek-ucek mata. Lukisan Bunda Maria dan Bayi Yesus itu terlihat biasa saja. Jika sedikit lagi saja hidungku menyentuh permukaan lukisan, alarm di Museum Louvre akan berdering-dering. Aku menyerah. Aku tidak bisa menemukan apa yang aneh pada lukisan itu. "Percaya atau tidak, pinggiran hijab Bunda Maria itu bertahtakan kalimat tauhid Laa Ilaaha Illallah, Hanum," ungkap Marion akhirnya.
***
Apa yang Anda bayangkan jika mendengar "Eropa"? Eiffel? Colosseum? San Siro? Atau Tembok Berlin?

Bagi saya, Eropa adalah sejuta misteri tentang sebuah peradaban yang sangat luhur, peradaban keyakinan saya, Islam.

Buku ini bercerita tentang perjalanan sebuah "pencarian". Pencarian 99 cahaya kesempurnaan yang pernah dipancarkan Islam di benua ini.

Dalam perjalanan itu saya bertemu dengan orang-orang yang mengajari saya, apa itu Islam rahmatan lil alamin. Perjalanan yang mempertemukan saya dengan para pahlawan Islam pada masa lalu. Perjalanan yang merengkuh dan mendamaikan kalbu dan keberadaan diri saya.

Pada akhirnya, di buku ini Anda akan menemukan bahwa Eropa tak sekadar Eiffel atau Colosseum. Lebih... sungguh lebih daripada itu.
***
"Buku ini berhasil memaparkan secara menarik betapa pertautan Islam di Eropa sudah berlangsung sangat lama dan menyentuh berbagai bidang peradaban. Cara menyampaikannya sangat jelas, ringan, runut, dan lancar mengalir. Selamat!"
–M. Amien Rais (Ayahanda Penulis)

"Pengalaman Hanum sebagai jurnalis membuat novel perjalanan sekaligus sejarah ini mengalir lincah dan indah. Kehidupannya di luar negeri dan interaksinya dengan realitas sekulerisme membuatnya mampu bertutur dan berpikir 'out of the box' tanpa mengurangi esensi Islam sebagai rahmatan lil alamin."
–Najwa Shihab (Jurnalis dan Host Program Mata Najwa, Metro TV)

"Karya ini penuh nuansa dan gemuruh perjalanan sejarah peradaban Islam Eropa, baik pada masa silam yang jauh maupun pada masa sekarang, ketika Islam dan Muslim berhadapan dengan realitas kian sulit di Eropa."
–Azyumardi Azra (Guru Besar Sejarah, Direktur Sekolah Pascasarjana UIN, Jakarta)

"Hanum mampu merangkai kepingan mosaik tentang kebesaran Islam di Eropa beberapa abad lalu. Lebih jauh lagi, melihat nilai-nilai Islam dalam kehidupan Eropa. Islam dan Eropa sering ditempatkan dalam stigma 'berhadapan', sudah saatnya ditempatkan dalam kerangka stigma 'saling menguatkan'."
–Anies Baswedan (Rektor Universitas Paramadina dan Ketua Indonesia Mengajar). 

Laskar Pelangi


Identitas Buku 
Judul              : Laskar Pelangi
Pengarang      : Andrea Hirata
Penerbit          : 2008
Tahun terbit : Bentang
Sinopsis          :
Awal persahabahatn itu dimulai pada sebuah sekolah SD Muhammadiyah. Persahabatan antara 11 murid SD Muhammadiyah. Pada awalnya persahabatan itu hanya terdiri dari 10 anggota. Orang tua mempunyai alasan mendaftarkan anaknya di sekolah Muhammadiyah karena sekolah Muhammadiyah tidak menetapkan iuran dalam bentuk apapun, atau karena firasat mereka bahwa anak-anak mereka dianggap memiliki karakter yang mudah disesatkan iblis sehingga sejak muda harus mendapatkan pendadaran Islam yang tangguh. Atau bahkan mungkin karena anaknya memang tidak diterima di sekolah manapun. Karena Muhammadiyah merupakan sekolah kampung yang paling miskin di Belitong. Bahkan awalnya kekurangan murid. Muncul kecemasan pada wajah Bu Mus atau N.A. Muslimah Hafsari binti K.A. Abdul Hamid dan Pak Harfan atau Bapak K.A. Harfan Effendy Noor bin K.A. Fadillah Zein Noor. Karena saat itu tidak genap 10 anak yang mendaftar dan hampir sekolah itu ditutup. Tapi kemudian muncul Borek sebagai penyelamat mereka, sehingga sekolah tidak jadi ditutup dan sekolah dilanjutkan.
Muhammdiyah memang kekurangan guru, jadi selama 6 tahun di SD Bu Mus mengajarkan semua mata pelajaran, mulai dari menulis indah, Bahasa Indonesia, Kewarganegaraan, Ilmu Bumi sampai Matematika, geografi, prakarya dan praktik olah raga. Bu Mus hanya memiliki selembar ijazah SKP (Sekolah Kepandaian Putri) namun beliau bertekad untuk terus mengobarkan pendidikan Islam walaupun hanya memperoleh upah 15 kilogram beras setiap bulan. Beliau bersama pamannya Pak Harfan, selaku kepala sekolah Muhammadiyah merupakan pahlawan tanpa tanda jasa yang menjadi pelita bagi para Laskar Pelangi.
Anggota laskar pelangi bertambah satu setelah Flo datang. Flo dulunya bersekolah di sekolah PN (Perusahaan Negara) milik PN Timah adalah sebuah perusahaan yang paling berpengaruh di Belitong, karena timah merupakan denyut nadi pulau Belitong. Flo seorang gadis dengan postur tubuh tinggi rata-rata, tomboy dan merupakan seorang gadis yang nakal, tidak seperti anggota laskar pelangi yang lainnya, Flo berasal dari keluarga yang berlimpah harta. Florina yang merupakan anak bungsu dari keluarganya, tidak suka menerima dirinya sebagai perempuan karena mungkin Flo adalah anak perempuan satu-satunya dikeluarganya. Florina memiliki ketertarikan yang sama seperti mahar dalam metafisika.
Mahar merupakan salah satu anggota laskar pelangi selain Trapani, Syahdan, Harun, Borek, Kuncai, A Kion, Sahara, Lintang, dan Ikal. Mahar adalah anak laki-laki yang tampan seperti halnya Trapani dan pintar seperti Lintang. Mahar seorang pesuruh tukang parut kelapa sekaligus seniman dadakan yang imajinatif, tak logis, kreatif, dan sering diremehkan sahabat-sahabatnya. Namun ia berhasil mengangkat derajat sekolah kampung mereka dalam karnaval 17 Agustus dengan menjadi koreografer dalam koreografi massal suku Masai dari Afrika yang dibuatnya.
Mahar adalah seniman yang hidup diantara orang yang tidak mengerti arti seni, sehingga kadang kala di dalam anggota Laskar Pelangi, Mahar sering dianggap “gila”. Walaupun begitu, tetap ada yang memandang tinggi Mahar yaitu Akiong. Akiong selalu berdebat dengan Sahara. Sahara adalah seorang gadis berjilbab dan keras kepala. Sahara sering mendengarkan Harun, seorang anak kecil yang terperangkap di tubuh orang dewasa yang selalu menceritakan tentang kucingnya yang berbelang tiga, melahirkan anak tiga, semua anaknya berbelang tiga. Suasana kelas anggota Laskar Pelangi selalu diwarnai  oleh pelangi kegeniusan. Mahar yang lebih spesifik dengan seni dan Lintang yang spesifik dengan bidang eksak.
Lintang adalah seorang anak yang ditunangkan dengan ilmu. Seorang kuli kopra cilik, yang genius dan senang hati bersepeda 80 kilo meter pulang pergi hanya untuk sekolah di SD Muhammadiyah, bahkan terkadang hanya sekedar untuk menyanyikan lagu Padamu Negeri di akhir jam sekolah. Seorang anak yang gigih bahkan telah menyumbangkan sebuah kemenangan bagi sekolah kampung Muhammadiyah dalam lomba cerdas cermat dengan mengalahkan sekolah PN. Namun semenjak ayahnya meninggal, ia harus menanggunghidup keluarganya dan harus putus sekolah. Hal ini sangat disayangkan karena lintang anak yang cerdas, bahkan Bu Mus meneteskan air mata ketika membaca surat dari Lintang. Lintang adalah anggota Laskar Pelangi yang telah memberikan keberanian bagi para anggota Laskar Pelangi lainnya untuk bermimpi.
Ikal adalah teman sebangku Lintang, mereka sebangku karena memiliki kemiripan berambut ikal. Ikal, anak seorang buruh tambang yang beranak banyak dan bergaji kecil. Ikal seorang anak laki-laki yang merasakan cinta pada pandangan pertama di toko kelontong dengan seorang gadis Tionghoa bernama A Ling. A Ling adalah sepupu dari Akiong, merupakan gadis yang memiliki kuku manis dan bermuka simetris. Ikal kenal dengan akiong karena Ikal sering mengambil kapur tulis di toko “Sinar Harapan” yang disuruh Bu Mus.
Ada hal tragis dan bahagia yang terjadi 12 tahun kemudian. Hal tragis dialami oleh Lintang, yang semenjak putus sekolah, menjadi seorang sopir truk pasir di bedeng kuli. Walaupun begitu, Lintang telah berhasil mewujudkan impian ayahnya yaitu agar Lintang tidak memiliki pekerjaan yang sama seperti ayahnya sebagai seorang nelayan. Seorang calon metmatikawan pertama di Belitong yang berakhir di bedeng kuli. Ketragisan kisah antara anak dan ibu, Trapani dan ibunya tinggal dirumah sakit jiwa sungai liat yang disebut Zaal Batu, dikarenakan perilaku mother complex yang sangat ekstrem. Namun akhirnya Trapani dan ibunya dapat keluar karena mengalami kemajuan.
Kucai yang dulu selalu menjadi ketua kelas, telah menjadi Drs. Mukharam Kucai Khairani, MBA dan selalu berpakaian safari. Dulu dikelas otaknya paling lemah, sekarang gelar akademiknya termasuk paling tinggi diantara anggota Laskar Pelangi. Sekarang ia bekerja sebagai salah satu anggota DPRD di Belitong. Mahar telah menjadi seorang pengajar dan mengorganisasi berbagai kegiatan budaya, serta melatih beruk memetik buah kelapa.
Ikal sang pemimpi menjadi pegawai pos, tukang sortir, bagian kiriman peka waktu, shift pagi yang bekerja mulai shubuh walaupun sebenarnya dulu Ikal tidak ingin menjadi orang yang bekerja shubuh. Sang pemimpi ini kemudian kembali berani bermimpi meraih Endesor semenjak Ikal mengetahui bahwa adanya beasiswa Uni-Eropa. Tujuan barunya dalam pengejaran meraih beasiswa tersebut.

Ronggeng Dukuh Paruk


Identitas Buku
Judul                 : Ronggeng Dukuh Paruk
Pengarang         : Ahmad Tohari
Penerbit             : Gramedia Pustaka Utama
Tahun penerbit  : 1998
Sinopsis Ronggeng Dukuh Paruk
Dukuh Paruk adalah sebuah desa yang terkenal dengan seorang ronggeng yang mampu menghidupkan desanya sampai ke kota dan pelosok desa lain. Dukuh Paruk tanpa ronggeng bukanlah dukuh paruk. Dukuh paruk hanya lengkap bila di sana ada keramat si Secamenggala, ada seloroh cabul, ada sumpah serapah, dan ada ronggeng bersama perangkat calungnya. Ki Secamenggala, konon merupakan nenek moyang semua orang dukuh paruk, yang merupakan seorang bromocorah yang sengaja mencari daerah paling sunyi sebagai tempat menghabiskan riwayat keberadaannya.
Namun, setelah beberapa tahun berlalu dukuh paruk seakan sepi karena tidak ada lagi seorang ronggeng. Ronggeng yang terakhir sudah mati sejak dua belas tahun yang lalu. Kemudian muncullah benih-benih ronggeng dalam diri Srintil. Srintil adalah gadis kecil berusia 11 tahun . Sejak kecil Srintil diasuh oleh kakek dan neneknya, karena orang tua Srintil telah meninggal dunia sejak Srintil berusia 5 bulan. Orang tua Srintil meninggal dunia karena terkena racun tempe bongkrek buatan ibunya sendiri. Bakat menari Srintil telah diketahui kakeknya. Karena kakeknya sering memperhatikan Srintil menari di bawah pohon nangka bersama ketiga temannya, yaitu Rasus, Warta, dan Darsun. Kakek Srintil yang bernama Sakarya, percaya bahwa Srintil telah kemasukan indang. Indang adalah semacam wangsit yang dimuliakan di dunia peronggengan. Dari cara Srintil menari, lenggak-lenggoknya sama seperti tarian yang dilakukan oleh ronggeng. Sebab bagaimanapun diajari, seorang perawan tidak bisa menjadi ronggeng kecuali roh indang telah merasukinya.
Beberapa hari kemudian Sakarya menceritakan tentang apa yang dilihatnya pada diri Srintil kepada Kartareja, yang secara turun temurun menjadi dukuh ronggeng di Dukuh Paruk. Untuk pertama kalinya Srintil menari dihadapan banyak orang. Di rumah Kartareja, Srintil dirias oleh Nyai Kartareja. Srintil didandani layaknya seorang ronggeng dewasa. Nyai Kartareja tak lupa meniupkan mantra pekasih ke ubun-ubun Srintil. Mantra yang di Dukuh paruk dipercaya akan membuat siapa saja tampak lebih cantik dari sebenarnya, beberapa susuk emas juga dipasang. Semua pandangan tertuju pada Srintil ketika dia muulai menari.
Dua bulan sudah Srintil menjadi ronggeng, namun masih ada tahapan yang harus dilaluinya, sebelum Srintil menyebut dirinya ronggeng. Salah satu diantaranya adalah upacara pemandian yang secara turun-temurun dilakukan di depan cungkup Ki Secamenggala. Semua warga tidak ada yang melakukan aktivitas pagi itu, karena menyaksikan upacara pemandian ronggeng yang jarang terjadi. Setelah upacara pemandian selesai, calung mulai dimainkan dan sang ronggeng mulai melenggok. Tiba-tiba Kartareja memanggil, tatapan matanya yang terbeliak menatap mulai mendekati Srintil dan menari bersamanya. Hanya Sakarya yang paham bahwa Kartareja telah dirasuki oleh arwah Ki secamenggala. Namun itu menandakan bahwa Srintil telah diterima oleh ruh Ki Secamenggala untuk menjadi ronggeng sejati. Upacara pemandian di perkuburan itu bukan syarat terakhir seorang gadis untuk menjadi ronggeng sejati.
Orang dukuh paruk mengatakan bahwa Srintil harus menyelesaikan satu syarat lagi. Syarat terakhir yang harus dipenuhi Srintil adalah bukak-klambu. Bukak-klambu adalah semacam sayembara terbuka bagi laki-laki manapun. Yang disayembarakan adalah keperawanan calon ronggeng. Laki-laki yang dapat menyerahkan sejumlah uang yang ditentukan oleh dukun ronggeng, berhak menikmati virginitas itu. Rasus sudah mengetahui bahwa ada dua pemuda yang memenangkan sayembara itu, yaitu Dower dan Sulam. Sulam sudah menyerahkan seringgit uang emas dan Dower menyerahkan seekor kerbau dan 2 rupiah uang perak kepada Ki Kertareja. pada malam yang telah ditentukan, Srintil akan menjalankan tahap selanjutnya yaitu bukak-klambu. Kedua pemuda itu bertengkar siapa yang akan mendapat giliran pertama. Rasus mendengar pertengkaran tersebut. Tanpa diduga, saat Rasus dalam keadaan sedih, tiba-tiba Srintil menghampiri Rasus dibelakang rumah Kertareja. Srintil memohon kepada Rasus untuk menidurinya waktu itu. Srintil memaksa Rasus untuk menidurinya dan dengan akhirnya virginitas Srintil sudah diambil Rasus. Rasus adalah laki-laki yang sangat di cintai oleh Srintil.  
Rasus kemudian memutuskan untuk mengasingkan diri ke desa Dawuan. Karena jika ia tetap di Dukuh peruk, sering muncul dalam diri Rasus bayangan Srintil sebagai Emaknya. Rasus telah mengalah dan membiarkan Sritil menjadi milik orang banyak dan menjadi ronggeng kebanggaan dukuh paruk, setelah ia menolak Srintil, ketika Srintil memintanya untuk menjadi suaminya.
Pasar Dawuhan sedikit demi sedikit mulai merenggangkan hubungan Rasus dengan Srintil. Pasar Dawuhan memberikan cakrawala luas kepada Rasus tentang banyak hal. Pengalaman Rasus di pasar Dawuhanlah yang banyak memberinya pelajaran. Dunia yang dulu ia kenal hanyalah Dukuh Paruk, ternyata nilai-nilai yang berada di dukuh paruk tidak berlaku secara umum. Pasar Dawuhan juga menjadi tempat pertemuan antara Rasus dengan Srintil. Di pasar Dawuhan juga Rasus juga bertemu dengan Sersan Slamet. Karena pengabdian Rasus, kemudian ia diangkat menjadi tentara. Tugas pertama yang harus ia jalankan yaitu ia harus berjaga di dukuh paruk, karena Sersan menganggap bahwa Rasuslah yang lebih mengetahui seluk-beluk tentang Dukuh Paruk. Ketika itu ia mendapat tugas berjaga dengan kopral Pujo. Banyak perampokan yang terjadi di kecamatan Dawuhan, termasuk Dukuh Paruk. Untuk itu Rasus ikut terlibat karena kekurangan tentara. Tak terasa Rasus telah dua tahun meninggalkan Dukuh Paruk, karena ia lebih banyak menghabiskan waktunya di Dawuhan dan menjadi tentara. Ketika ia kembali ke Dukuh Paruk untuk menjalankan tugasnya. Ia menyempatkan diri untuk menemui Srintil. Srintil sering ngomong kepada Rasus, bahwa ia menginginkan  sebuah pernikahan dan menjadi wanita yang sejati dengan menjadi seorang ibu. Namun Rasus masih tidak bisa mengabulkan.
Sudah lama Srintil tidak menari menjadi ronggeng karena ada suatu permasalahan dengan Bakar, yang merupakan rekan kerjasama antara sang ronggeng maupun pemain calung. Bakarlah yang selama ini mempromosikan ronggeng sampai ke desa lain. Namun karena terjadi perselisihan mereka menjadi musuh. Terjadilah pemberontakan di Dukuh Paruk serta di perkuburan Ki Secamenggala. Karena mereka tidak menerima perlakuan Bakar, akhirnya Srintil dan Sakum melaporkan perbuatan Bakar ke polisi. Namun yang terjadi malah semuanya ditahan. Hanya Srintillah yang tidak tahan karena kecantikannya. Namun akhirnya Srintil juga merasakan dalam sel tahanan.  
Pengalaman Srintil sebagai tahanan menyadarkan ia tentang harkatnya sebagai manusia. Karena itu ia mempunyai keinginan untuk memperbaiki diri. Muncullah Bajus dalam kehidupannya. Bajus adalah salah satu pekerja proyek yang ikut dalam pembangunan di dukuh paruk. Karena nenek Srintil berjualan pada saat pembangunan tersebut berlangsung, jadi Bajus sering berkunjung dan akhirnya merekapun dekat. Srintil telah menaruh harapan yang besar kepada Bajus untuk dapat menemani hidupnya dan merubahnya. Karena Srintil terpengaruh oleh cerita-cerita Bajus, akhirnya Srintil mau saja ketika ia diajak oleh Bajus ke kota dan diperkenalkan dengan bos Bajus.
Harpan yang berkobar itu dalam seketika hilang dan menjadi sebuah sesal dan tangis hanya karena iming-iming uang yang banyak dan pekerjaan yang diberikan oleh bos Bajus. Karena kejadian itu jiwa Srintil terguncang dan mengalami gangguan. Bajus sadar Srintil menjadi berubah karena perbuatannya. Bajus kemudian membawa Srintil kembali ke Dukuh Paruk bersama nenek dan kakeknya. Rasus yang telah lama berkelana, seketika langsung kaget ketika ia kembali ke Dukuh Paruk dan melihat perubahan dalam diri Srintil. Memang hanyalah Rasus yang dapat merubah Srintil menjadi kembali seperti semula, hanya kata-katanyalah yang diperhatikan oleh Srintil. Ternyata apa yang dikatakan oleh mendiang Sakarya tentang bulan berkalang bianglala adalah datangnya masa susah Dukuh Paruk, dan itu memang terjadi di Dukuh Paruk.

Ayat-Ayat Cinta


Identitas Buku      
Judul              : Ayat-ayat Cinta
Pengarang      : Habiburahman El Shirazy
Penerbit          : Republika
Tahun terbit  : 2007
Sinopsis Novel Ayat-Ayat Cinta
            Seorang pemuda yang berasal dari Indonesia yang berkeinginan untuk melanjutkan kuliah di universitas tertua di dunia yang letaknya berada di delta Nil. Meski sebenarnya orang tuanya harus menjual sawah yang sebenarnya warisan dari kakeknya. Akan tetapi dengan keterbatasan dirinya dalam biaya hidup akhirnya dia dapat menyongsong masa hidupnya dengan mandiri sehingga menjadikan hidupnya bahagia, pemuda itu adalah Fahri tokoh utama dalam novel ini. Fahri merupakan orang yang sangat disayangi para sahabat-sahabatnya dan di lingkungannya. Karena setiap perilaku dan aktivitas yang Fahri kerjakan selalu dicermatinya dan berdasarkan refrensi dari kitab-kitab dan ulama, sehingga jarang yang memperlakukannya seperti memperlakukan musuh. Di Mesir Fahri tinggal disebuah flat yang sangat sederhana bersama dengan teman-temannya yang berasal dari Indonesia, walaupun didalam flat yang sangat sederhana mereka tidak mengeluh dan bersedih. Melainkan mereka sangat bahagia dan harmonis, mereka saling bahu –membahu saling memberikan sesuatu yang terbaik untuk flatnya.
            Beberapa teman Fahri yang tinggal diflat itu adalah Hamdi, Rudi, Misbah, Saiful. Saiful dan Rudi baru tingakat tiga dan mau masuk ketingkat empat, Sedangkan Misbah dan Hamdi sedang menunggu pengumuman kelulusan untuk memperoleh gelar Lc. atau Licence. Fahri sekarang tinggal menunggu pengumuman untuk menulis tesis master di Al Azhar. Hari-hari selalu  dilewati dengan sangat terkontrol sehingga dalam pekerjaan yang akan dihadapinya sepuluh tahun mendatang. Fahri sudah merencanakannya dengan baik, karena Fahri terinspirasi dari kata-kata “Hidup tanpa tujuan tidak akan membuat Kemajuan walaupun jalan yang ditempuhnya jalan yang mudah, akan tetapi hidup dengan tujuan akan membuat kemajuan walaupun jalan yang ditempuh dengan sulit”. Fahri pun menikahi seorang wanita yang bernama Aisyah yang berlatar belakang keluarga kaya dan mereka pun hidup bahagia.
Namun hal yang tragis terjadi pada hubungan mereka, orang-orang yang menyukai Fahri tiba-tiba jadi berubah. Mereka adalah wanita-wanita yang dulu menyukai Fahri. Akan tetapi mereka malu untuk menunjukan rasa sukanya kepada Fahri. Noura adalah wanita malang yang selalu disiksa oleh keluarganya dan akhirnya ditolong oleh Fahri. Karena Fahri pun merasa iba melihat wanita yang disiksa, dan akhirnya Noura pun bebas dari penderitaanya dan menemui suatu keabadian ketika para dokter menyatakan bahwa Badrun bukan orang tua asli Noura, namun kebaikan Fahri di balas dengan suatu penghinaan hingga Fahri dimasukan kedalam penjara karena dituduh melakukan pelecehan seksual terhadap Noura hingga hamil.
            . Maria adalah gadis yang cerdas, akan tetapi dia beragama Katolik yang hafal dengan surat mariam. Maria mempunyai kepribadian yang manja. Akan tetapi dia sangat cerdas. Menurut keterangan orang tuanya, Maria adalah gadis pemalu. Namun ketika mendengar bahwa Fahri telah menikah. Maria pun jadi jatuh hingga tak sadarkan diri, menurut diagnosa dokter Maria sakit karena frustasi, dan para dokter menyarankan bahwa maria bisa sembuh kalau mendengar seseorang yang sangat disayanginya. Adapun orang yang disayanginya adalah Fahri. Walaupun pada akhirnya Maria meninggal dunia, akan tetapi sebelum Maria meninggal dunia Fahri telah menikahinya. Itu pun pada awalnya ditolak oleh Fahri akan tetapi itu semua adalah idenya Aisyah istri Fahri yang pertama, Aisyah menyarankan ide itu karena nasib Fahri ada di tangan Maria karena setelah Noura mengajukan surat pelecehan seksual terhadap Fahri kepengadilan, Fahri tidak dapat berbuat apa-apa, karena hanya Maria saksi hidup yang dapat menyatakan bahwa dirinya tak bersalah. Inilah bukti kesetiaan Maria terhadap Fahri.

Nak, Maafkan Ibu Tak Mampu Menyekolahkanmu

Judul               : Nak, Maafkan Ibu Tak Mampu Menyekolahkanmu
Pengarang       : Wiwid Prasetya  
Penerbit          : Diva Press
Tahun terbit     : 2010
 Sinopsis Novel Nak, Maafkan Ibu Tak Mampu Menyekolahkanmu
Belajar dari pengalaman dari Pulau Kyoshu, Jepang dimana pantai tersebut tercemar limbah perusahaan-perusahaan akibat ulah tangan manusia yang kurang memperhatikan lingkungannya. Seorang professor yang bernama Nakamura bersama tiga orang asistennya sedang berjalan-jalan dipinggiran pantai Kyoshu tersebut dan mendapati kehidupan yang sangat mengerikan sekali. Daerah tersebut seakan mati tanpa ada kehidupan, bahkan tak ada satupun orang yang tinggal disana. Profesor Nakamura dan ketiga asistennya yang bernama David, Kawaguchi, dan Raga. Raga adalah sukarelawan dari Indonesia yang diajak Profesor belajar ke Jepang.
Profesor Nakamura bekerja di sebuah LSM lingkungan hidup, dimana melihat kehidupan yang seperti itu kemudian Profesor mengadakan Observasi, mencatat, memferifikasi dan menyimpulkan tentang permasalahan yang ada di Pulau Kyoshu tersebut. Dengan keinginan keras dan mau bekerja keras untuk merubah keadaan yang ada, Pprofesor mengajak semua warga untuk banngkit dan lebih memperhatikan lingkungannya. Sehingga dengan keinginan semangat untuk merubah kehidupn jadi lebih baik akhirnya kita akan mencapai perubahan itu.
Raga kembali pulang ke anah airnya yaitu Indonesia, terutama di Ratatotok Minahasa tempat kelahirannya. Perayaan adat menyambut kedatangannya karena Raga sudah sukses menimba ilmu di Jepang. Akhirnya melihat keadaan tanah kelahirannya yang miskin dengan kekayaan alammnya yang melimpah, dibandingkan Jepang yang hanya mengandalkan pulau-pulaunya yang tandus. Raga bercerita panjang lebar tentang kehidupannya di Jepang, lalu Wak Bajo dan anaknya tiba-tiba bosan melihat ceramah yang dilakukan oleh Raga. Wak Bajo mengajak anaknya untuk pergi eninggalkan Raga. Mereka lebih mementingkan melanjutkan pekerjaannya demi mendengarkan ceramah yang dianggapnya tidak penting dari pada bekerja untuk mencari makan.
Wenas sudah siap untuk mencabut singkong dikebunnya dan kali ini mereka berharap panen kebunnya akan berhasil. Wak Bajo tak pernah makan kenyang mereka selalu berfikir untuk bagaimana cara memenuhi rasa laparnya hari demi hari. Singkong yang diharapkannya ternyata tidak membawakan hasil. Panen singkong kali ini gagal, tak ada satu pun batang pohon singkong itu yang berbuah. Dengan hati yang sedih Wak Bajo dan anaknya mensyukuri semua itu. Mungkin Allah belum member rizki kepada kita. Wak Bajo pun menasihati anaknya dengan keadaan yang telah menimpanya dengan rasa kelaparan yang setiap hari menemaninya. Wak Bajo tidak bisa memberikan makanan untuk anaknya kali ini dan menyuruh anaknya untuk tidur sebagai pelepas rasa laparnya. Wak Bajo sedih sekali karena sebagai orang tua dia tidak bisa memberikan makan kepada anaknya. Anak perempuannya sudah tumbuh besar dan sudah mulai mengerti kesusahan yang dialami ibunya. Hari demi hari dilaluinya dengan rasa lapar dan kemiskinan. Wak Bajo mengisi kelaparan anaknya dengan nasihat-nasihat agar Wenas menjadi orang yang taat kpada Allah. Meski kehidupan mereka seperti ini mereka berdua selalu bersyukur dengan keadaan yag telah dikaruniakan Allah kepadanya. Mereka tetap selalu taat kepada Allah dan selalu menjalankan perintahnya.
Teluk Buyat itulah sebutan pantai yang indah dan elok bila dipandang. Semua itu sekarang berubah menjadi pantai yang sepi dan keindahan itu sekarang hilang ak tau kemana. Wenas sering kali pergi ke Teluk Buyat untuk melupakan kepenatan pikirannya. Dia menikmati indahnya pantai yang dulu belum tercemar. Wenas juga mempunyai seorang teman di Teluk Buyat tersebut yaitu Rimbot, Rimang dan Rakin. Mereka bertiga adalah anak pantai yang tangguh dan merupakan sahabat Wenas yang baik. Meraka berempat bermain-main di pantai dengan gembira. Keadaan sekarang menjadi berubah, semua keindahan Teluk Buyat kini sudah menghilang. Air lut yang semakin keruh dengan ikan-ikannya yang terserang penyakit. Kehidupan disekitar pantaipun sekarang menjadi sepi dan sunyi, karena banyak warganya mati akibat memakan ikan yang berpenyakit itu. Ikan-ikan tersebut berbintil-bintil merah dan banyak yang mati di pinggir pantai. Melihat keadaan seperti itu Wenas sangat sedih sekali.
Lara lapar itulah yang sering dialami Wenas dan Wak Bajo seakan rasa lapar itu sudah mendarah daging didalam tubuhnya. Tiada hari tanpa rasa lapar, namun mereka berdua menganggap itu seakan sebagai kenikmatan yang selalu menemaninya. Dengan rasa lapar itu mereka dapat menggerakkan semua tubuhnya untuk melakukan pekerjaan meski dengan jalan sempoyongan. Disuatu hari Wenas sangat merasa lapar sekali dan Ibunya berusaha menenangkannya untuk memasakkan makanan yang lezat. Padahal Wak Bajo tak mempunyai bahan makanan untuk dimasak. Wak Bajo membohongi anaknya dengan memasak air dan batu di panci. Dan menyuruh anaknya untuk menunggu sambil tiduran. Dikala itu Wak Bajo pergi mennggalkan anaknya untuk pergi kepasar dan meminta-minta kepada orang di pasar. Setelah lama menunggu masakan itu selesai akghirnya Wenas pun membuka panci tersebut. Ternyata apa yang dilihat Wenas dalam panci tersebut sebuah air dan batu yang dimasak dari tadi.
Wak Bajo datang bersama dengan laki-laki yang bernama Raga kerumahnya. Wenas menyambut kedatangan Ibunya tersebut dengan wajah marah, karena Wenas merasa dibohongi oleh ibunya. Kenapa Ibu tidak jujur kepada Wenas. Dari kejadian itulah Wak Bajo sangat sedih sekjali karena dia merasa bersalah pada anaknya. Disatu sisi dia tida mau melihat anaknya sedih karena kelaparan. Namun dengan kedatangan Raga semua bisa berubah, karena Raga adalah orang terpelajar dan banyak uang. Dengan edatangan Raga keluarga Wak Bajo seakan mendapatkan berkah dari Allah SWT. Raga memberikan uang ratusan ribu kepada Wak Bajo. Karena melihat anaknya yang begitu aktif dan sangat terlihat cerdas sekali, Raga bertanya kepada Wak Bajo kenapa Wenas tidak di sekolahkan. Akhirnya pikiran itu terlintas di benak Wak Bajo, mengapa dirinya tidak menyekolahkan anakanya.  Dan Wenas pun senang sekali karena dia sudah mengenal kata-kata sekolah dari pada sebuah kata-kata pekerjaan yang selalu menemaninya setiap waktu. Kini dia sudah bisa bercita-cita untuk menjadi orang yang lebih baik.
Dalam keadaan Minahasa yang semakin parah dengan keadaan pabrik Newmont yang semakin tak beroperasi gara-gara emas yang mereka olah habis. Keadaan masyarakatpun semakin parah, kelaparan terjadi dimana-mana. Semua itu terjadi karena mereka mengolah pabrik itu tanpa memperhatikan lingkungan sekitarnya. Akibatnya limbah tercemar kemana-mana. Sumber kehidupan mereka semakin tersendat. Akibatnya kelaparan terjadi dimana-mana. Para Cukong semakin merasa sedih melihat pabrik yang selama ini memberikan kekayaan yang melimpah kini harus berhenti beroprasi. Ditambah lagi akibat yang telah disebabkan dari pabrik itu kini Cukong-cukong harus bertanggung jawab terhadap semua kejadian itu. Karena masyarakat sekitar tidak tau sebab terjadinya kelaparan itu, jadi seolah-olah Cukong-cukong itu menutup diri dan tidak mau bertanggng jawab. Tetapi melintas dipikiran Cukong itu untuk memberikan jasa yang selama ini diberikan oleh pabrik emas itu dengan membrikan layanan penanaman hutan bakau yang gundul, kesehatan, Pendidikan kepada masyarakat Ratatotok. Seolah-olah Cukong itu paling berjasa bagi mereka, padhahal semua itu tidak cukup untuk menebus semua kesalahan yang telah dibuatnya dengan mencemari lingkungan. Akhirnya kesempatan Wenas untuk sekolahpun serasa sudah didepan mata. Akhirnya dengan desakan dari Pak Raga akhirnya Cukong itu mendirikan sekolah. Bangnannya terlihat sangat megah sekali. Wenaspun sekarang bisa mendapatkan kesempatan untuk sekolah meski pikiran Wak Bajo mampu tidak ia menyekolahkan Wenas. Wak Bajo pun menemui Pak Raga di ingin mengungkapkan semua perasaan yang selalu membebaninya yaitu ingin menyekolahkan Wenas. Akhirnya Pak Raga membertahukan bahwa Wenas sudah dititipkan kepada kepala sekolah iitu, jadi Wenas sudah bisa sekolah. Akhirnya perasaan Wak Bajo senang sekali mendengar kabar itu, aakhirnya dia segera pulang dan memberitahukan kepada Wenas bahwa keinginannya untuk sekolah sudah terkabul.
Menjelang sekolah Wak Bajo mempersiapkan segala kebutuhan peralatan Wenas, seperti menjahitkan baju kepada Wak Mangun, dia adalah seorang penjahit yang tidak komersial. Wak Bajo ternyata meminta Wak Mangun untuk mencarikan kain perca merah putih untuk dijahit menjadi seragam sekolah buat anaknya. Ternyata setelah di cari tidak ada sisa kain yag dapat dijahit sebagai seragam. Akhirnya Wak Mangun menjahitkan baju dari mengambil potongan kain penjahit lain. Dan akhirnya seragampun jadi tanpa sepeserpun Wak Bajo harus membayar. Wak Mangun membrikan seragam itu secara gratis. Kemudian Wak Bajo pergi ke pasar loak untuk membeli tas dan sepatu. Akhirnya  persiapan sekolah sudah disiapkan ibu. Hati Wenas senang sekali karena besok dia akan sekolah.
Hari senin, itulah awal aku untuk pertama kalinya bersekolah, pak Raga sudah menghampiriku. Aku pun berangkat kesekolah dengan Pak Raga dan dengan semua peralatan yang dibelikan ibu sekarang sudah kupakai semua. Motor bebek Pak Raga menebus jalanan sampai kesekolah. Wenas masuk kekelas bersama gurunya tepat didepan kellas ternyata tekadku itu membutuhkan keberanian. Sebuah ejekan dari teman-teman baruku begitu nyaring ditelingaku.akhirnya akupun memperkenalkan diriku didepan kelas. Hari demi hari telah berlalu, aku sudah melupakan kesan pertamaku masuk sekolah. Si Feri dia adalah salah satu temanku yang sulit membedakan huruf vocal dan konsonan. Dan ada juga Si Runi dan Sakti dia selalu memmintaku untuk mengajarinya membaca. Belum lama sekolah masalah menimpa Wenas lagi diantaranya masalah uang. Pihak sekolah memimta uang limaratus ribu untuk biaya sekolahnya. Wak Bajo pun semakin gelisah darimana cara mendapatkan uang tersebut.
Harapan sekolah Wenas seakan kandas lagi gara-gara biaya. Wak Bajo ingin meminta tolong lagi sama Pak Raga tetapi dia sudah bayak membantu. Akhirnya terlalu memikirkan masalah tersebut tiba-tiba tubuh Wak Bajo lemas dan lemah. Tubuhnya seakan tidak mampu menahan semua masalah tersebut, kini dia jatuh sakit dan kejang-kejang. Akhirnya Wak Bajo dibawa ke klinik Sehat Newmont. Dan berhri-hari Wak Bajo menginap di Klinik tersebut sampai dirinya sembuh total, namun disamping itu Wak Bajo masih memikirkan nasib sekolah anaknya. Namun naasib berkata lain, dari mana Wak Bajo mendapatkan uang sebesar itu.   Akhirny Wenas pun mengmbil keputusan untuk berhenti sekolah.
Wenas dengan keputusannya akhirnya pergi dari rumah dan meninggalkan sekolahnya. Wak Bajo pun merelakan kepergian anak semata waayangnya meninggalkan dirinya. Wenas ingin mencari pengalaman di luar sana dan bekerja di luar Ratatotok. Akhirnya Wenas bersaama dengn Ketiga temnnya Rimang, Rakin, Rimbot. Mereka bertiga adalah teman yang baik meski nasib mereka miskin. Dan mereka berempat ingin membuktikan bahwa mereka ingin sukses dengan memadukan kepintaran dan cara kerja mereka. Mereka bertekad untuk saling membantu demi tercapainya cita-citanya.
Mereka berempat berkumpul dalam malam bersama sinar bintang rembulan disebuah pntai. Saling merebut hati unuk saling melengkapi kehidupannya. Saling memberikan pikiran dan pengalamannya untuk menghadapi kehidupan esok. Keesokan harinya mereka ingin menongsong matahari  pagi. Untuk pagi hari ini mereka bertekad ingin melakukan pekrjaan apapun, seperti menyemir sepatu, menungut barang-barang bekas sampai menjadi pedagang asongan. Akhirnya mereka semua berkeempatan menjadi penjual Koran, dengan menjual Koran mereka akan selalu mendapat ilmu dan uang. Meski teman-teman Wenas belum bisa membaca, namun Wenas meyakinkan mereka untuk bisa membca sedikit demi sedikit. Mereka akhirnya bekerja sebagai penjual Koran dikios Pak Japrak.
Pak Japrak merasa senang sekali karena sudah lama ddirinya tak mendengar canda tawa anak-anak semenjak dirinya menduda. Setiap hari mereka menjual Koran, dengan bersamaan dengan Mukri. Mereka semua sekarang bekerja sambil belajar, setiap sore mereka belajar bersama di Kios Pak Japrak. Wenas mengajari teman-temanya membaca. Dengan kepintran yang dimilikinya akhirnya membuat teman-temannya jatuh hati kepadanya. Pada suatu hari salah satu temannya bernama Rimbot mengungkapkan isi hatinya saat Wenas tidur. Dengan tidak di sengaja Rimang mendengar perkataan itu. Namun Rimang tidak mau mempermasalahkan soal itu, meski dirinya juga jatuh hati pada Wenas. Rimang mengalah karena pertemanan akan lebih indah dibandingkan dengan perebutan cinta. Disaat itu juga Rakin mendengar perkataan Rimbot tadi, namun berbeda dengan Rimang disini Rakin bersih keras untuk bersaing mendapatkan cinta Wenas. mereka berdua masih bersih keras mendapatkan hati Wenas. bahkan di hari istimewa saat mereka bisa membaca tiba-tiba diwarnai dengan saling perebutan hati Wenas. Wenas merasa sedih sekali kenapa mereka semua cepat sekali dirasuki setan.
Siang itu saat setelah makan tiba-tiba Rimbot memberikanku sebuah kado yang dibungkus kertas merah jambu. Dalam kdo tersebut ternyata berisi bku diary. Tak mau kalah dengan Rimbot Rakin juga memberikan kado untuk Wenas. ternyata kado yang diberikan Rakin adalah Buku panduan bermaian sepak bola. Dengan begitu akhirnya Wenas tau bahwa Rakin belum benar-benar bisa membaca. Ternyata Wenas harus dibohongi oleh temannya sendiri, disini ternyata ad temanya yang masih belum bisa membaca. Setelah kejadian itu akhirnya Wenas agak menjahui mereka. Akhirnya mereka minta maaf kepada Wenas, dengan kebohongan itu Wenas merasa sedih sekali, semua terasa sia-sia perjuangan membrikan pelajaran kepada mereka. setelaah kejadian kebohongan itu aku semakin tau sifat-sifat teman-temanku. Dan akhirnya aku bertemu dengan temanku yang bernama Runi. Runi mengajakku kembali untuk sekolah lagi tanpa harus membayar uang lima ratus ribu. Asalkan aku mau mengajari Sakti membaca, karena sampai sekarang Sakti belum bisa membaca. Tawaran itu sangat menggiurkan sekali buat Wenas, dan akhirnya akupun menyetujuinya untuk kembali kesekolah dan mengajari Sakti membaca.
Pak Raga datang kerumah Wak Bajo menanyakan keadaan Wenas, dan apa yang diperolehnya setelah lama ditinggalnya. Ternyata Wenas tidak sekolah gara-gara uang lima ratus ribu. Pak Raga sedih sekali mendengar perkataan itu. Wenas pun menepati janjinya dengan Runi didepan sekolah. Akhirnya mereka berdua pergi kerumah Sakti. Disana mereka mengajari Sakti membaca. Setelah selesai Wenas dan Runi pamit untuk pulang, namun didepan rumah Wenas bertemu dengan Pak Raga. Pak Raga bertanya tentang kejadian apa yang telah dialaminya disekolah. Akhirnya Pak Raga mengajak Wenas untuk dijadikan saksi, bahwa dia telah diusir dari sekolah gara-gara tidak membayar uang sebesar lima ratus ribu. Padahal sudah sesuai dengan perjanjian bahwa sekolah semesta adalah sekolah untuk warga Ratatotok. Pak Raga dan Wenas menemui Koh Tay Djienyang tak lain adalah kakek Sakti. Dulu Koh Tay Djien adalah orang yang bertanggung jawab terhadap sekolah tersebut. Setelah bertemu dengan kakek Sakti akhirnya Pak Raga dan Wenas mendapat kepastian yang jelas atas dikeluarkannya Wenas dari sekolah semesta. Ternyata sekarang kepala sekolah dipegang oleh anaknya Tong dan dia lupa dengan janji yang telah disepakati dulu oleh Koh Tay Djien.
Setelah mendengar kepastian itu Pak Raga dan Wenas memutuskan untuk tidak kembali lagi kesekolah tersebut dan mereka berdua telah memaafkan kesalahan Koh Tay Djien. Wenas pun bercerita kalau dirinya akan membantu teman-temannya anak pantai untuk belajar membaca. Mendengar perkataan itu akhirnya Pak Raga mendirikan sekolah Kolong Miskin, sekolah itu diperuntukkan anak-anak miski di kolong jembatan. Pak Raga ingin membuktikan bahwa sekolah itu hanya butuh uang dan bangunan yang bagus, tetapi yang dibtuhkan adalah kualitas siswanya. Akhirnya setelah berbulan-bulan berjalan, Pak Raga ingin membangun sekolah Kolong Miskin tersebut. Dia mengajak teman-temannya dan warga sekitar untuk peduli terhadap generasi muda kita. Akhirnya terbangunlah sekolah Kolong Miskin dan gurunya juga tidak hanya Pak Raga tetapiu ada juga teman-temannya yang suka rela mengajar disekolah Kolong Miskin tersebut. Akhirnya untuk yang pertama kali sekolah Kolong Miskin mendapat juara dalam lomba cerdas cermat se-Sulawesi Utara, bahkan menang atas sekolah Semesta. Setelah mendapatkan juara akhirnya Wenas pulang kerumahnya, Wak Bajo sangat senang sekali karena Wenas sudah menepati janjinya. Wak Bajo merasa bahagia sekali melihat anaknya menjadi pintar. Setelah pertemuan yang bahagia bercampur sedih itu. Wenas pun meminta ijin pada Wak Bajo untuk pergi dalam waktu yang lama, karena Wenas akan sekolah di Minahasa di Sekolah Kolong Miskin. Dengan hati yang berat Wak Bajo pun mengikhlaskan anak semata wayangnya untuk meneruskan cita-citanya.