This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sabtu, 09 Juni 2012

SEMILIR HARAPAN DARI PESISIR


Sejak aku mengenal arti hidup, Alhamdulillah kehidupanku semakin semangat dan bermakna. Aku telah mengalami banyak kegagalan dan hal-hal yang membuatku belajar dari keadaan yang telah aku alami. Pada saat hari sudah mulai ingin memejamkan sinarnya, saat itulah aku berusaha untuk bangkit. Meraih segala yang aku inginkan dan impikan. Saat itulah perasaanku bangkit bersama impianku.
Subhanallah,..betapa indahnya senja itu, apa jadinya kalu tidak ada senja di dunia ini”. Gumam Kholid
Akhirnya dengan sedikit menarik senyum Kholid menggeleng-gelengkan kepalanya saat memandang senja di bawah sayup-sayup angin pantai Jatisari. Kholid menemukan sesosok impian yang telah lama hilang dari dirinya.
Guru itulah impian yang selama ini dicarinya, padahal sekarang dirinya emang sedang Kuliah di Jakarta. Kinipun hatinya terbtik untuk menanyaan sebab mengapa hatinya ingin menjadi seorang Guru.  Hingga akhirnya senja itu berubah menjadi petang, berarti impian itu harus segera terwujud.
“Kayaknya ada yang merenung dibawah senja ni,..”. sapa Kholifah
“Hmmm… hanya sekedar menghirup udara segar saja”. Jawab Kholid.
Kholifah pun akhirnya mendekati Kholid yang hanya duduk di bawah hamparan pasir putih di pantai Jatisari, bersama dengan deburan ombak yang meriuk-riuk membelah karang. Sebuah wajah yang putih bersih dengan senyum yang manis menyambut mata Kholid.
“Kok sendirin di pantai sih Kholid?”. Tanya Kholifah.
Kholid hanya mengangguk-angguk sambil memandang wajah Kholifah yang berada disampingnya. Karena setelah lama berpisah akhirnya Kholid bisa bertemu dengan Kholifah lagi. Karena semenjak lulus dari SMA Kholid tidak pernah lagi menikmati indahnya Senja di pantai Jatisari bersama Kholifah, seperti masa-masa SMA dulu. Sebab perpisahan hubungannya dengan Khilofah. Dan harus meninggalkan Kholifah pergi jauh selama dirinya menuntut ilmu di Jakarta.
Ketika itu Kholid dan Kholifah memutuskan untuk mengakhiri hubungannya. Dengan adanya jarak yang memisahkannya, Kholid kuliah di Jakarta dan Kholifah kuliah di Tuban, dan sambil kerja sampingan menjadi Guru PAUD Pertiwi didesanya. Kholifah memang tidak ingin membuat jarak diantara cintanya itu, lebih baik dia mengambil keputusan sekarang untuk mengakhiri hubungannya dengan Kholid. Daripada nantinya di tengah jalan ada hal-hal yang tidak diinginkan mereka berdua.
Makannya begitu mengetahui bahwa Kholid pulang Ke Jatisari karena libur semesteran. Kholifah langsung ingin bertemu dengan Kholid. Kholifah merasa bersalah sekali karena sudah memutuskan hubungannya dengan Kholid. Dia ingat betul bahwa Kholid sangat marah sekali saat mendengar keputusannya untuk mengakhiri hubungan mereka dulu.
Kholifah semakin bingung harus bersikap bagaimana kepada Kholid yang dulu bekas kekasihnya. Ingin memulai perbincangan apa dan membahas apa. Semua serasa kesana-kemari pikirannya.
“Bagaimana keadaanmu sekarang Kholifah?”. Pertanyaan itu membuyarkan pikiran Kholifah yang dari tadi bingung.
“Oh…iya Alhamdulillah masih sama seperti dulu”. Jawab Kholifah.
Kholid akhirnya mengajak Kholifah pergi ke Café Trio yang berada tak jauh dari pinggir pantai Jatisari itu. Mereka bercanda kesana kemari dengan penuh kegembiraan, seolah-olah mereka berdua kembali bertemu saat sudah terpisah bertaun-taun.
“Pertemuan ini merupakan pertemuan kita yang sudah terpisah selama bertaun-taun yaw Kholifah”. Kata Kholid.
“Bagaimana kuliahmu di Jakarta? Sudahkan dirimu mendapatkan impianmu disana?”. Tanya Kholifah.
“Aku masih belum menemukan impiankiu di Jakarta, karena aku masih belum bisa menjadi sosok yang bijaksana dalam hidup”. Jawab Kholid.
Kholid pun akhirnya menceritakan kehidupannya di Jakarta. Bahwa selama ini dirinya selalu berfoya-foya dan tak mempedulikan kehidupannya. Dirinya selalu menuruti keinginnannya untuk menghambur-hamburkan uangnya. Hingga akhirnya dirinya di rampok oleh preman-preman yang mangkal di pinggiran Jakarta.  Dan dirinya tidak bisa berbuat apa-apa, dan akhirnya tak satupun barang miliknya tertinggal. Dan diapun dianiaya dan pingsan kemudian dibuang dipinggir jalan.
Beruntung saja Allah masih memberikan kesempatan hidup kepada Kholid, dengan lewatnya seorang kakek tua renta yang bernama Mbah Punjol. Mbah Punjol lah yang menyelamatkan Kholid dan membawanya ke Gubuknya di Pinggir jembatan.
“Bagaimana keadaanmu nak, mana yang sakit?”. Tanya Mbah Punjol.
Akupun berbicara pelan dan masih menahan rasa sakit diseluruh tubuhku.aku tak bisa berbuat apa-apa hanya saja suara pelanku mengatakan, “aku ingin minum mbah”, kataku. Aku tak tau apakah senja ataupun pagi yang ada diluar sana. Yang kulihat hanyalah atap Gubuk yang sudah retak.
            “Apakah sudah agak baikan nak?” Tanya mbah Punjol.
Alhamdulillah mbah sudah agak enakan tubuhku, simbah mau kemana? Bukannya hari masih sangat dingin untuk keluar Mbah?”.
“Memang dingin masih sangat terasa dalam kulitku, dan itu pun menandakan bahwa ini masih pagi, pikirku”.
Mbah Punjol agak tersentak dengan perkataanku, namun dia hanya tersenyum dan langsung mengambil karung dibawah meja. Aku hanya terdiam dan mengamatinya tak berani lagi berkata apa-apa.
“Orang boleh saja berpangku tangan, dan melanjutkan mimpinya sampai matahari pagi menampakkan kegagahannya. Namun bagi Mbah Punjol dia sudah pergi untuk mengais rejeki dari memulung”.
Melihat keadaan itu kholid menjadi sadar akan kelakuan hidupnya selama ini, yang hanya menghambur-hamburkan uang dari Ayah dan Ibunya. Kesadaran itu akhirnya menjadi sebuah motivasi baru bagi kehidupannya sekarang dan akhirnya impian untuk menjadi seorang Guru akan bisa diwujudkannya dengan kesadaran itu.
“Ini lah hidupku sekarang Kholifah”, bisa di katakana sekarang aku sudah berubah. Namun aku juga tidak mau sombong dengan diriku sekarang. Memang impianku untuk menjadi seorang Guru masih belum terwujudkan. Namun dengan modal kepercayaan dan ketulusan dari dalam hatiku aku yakin impianku akan terwujud nantinya.
Senja di pinggir pantai Jatisari semakin menghilang dan suasana Café Trio semakin ramai pengunjung. Kholid dan Kholifah segera siap-siap untuk meninggalkan Café Trio itu. Setelah beberapa jam berada di dalam Café Trio dan bercerita panjang tentang perpisahannya dengan Kholifah dan kehidupannya di Jakarta. Kini Kholifah hanya bisa mengangguk-angguk sembari tersenyum manis didepan Kholid.
“Mau saya antar ke rumahmu, Kholifah? Ajak Kholid.
“Terima kasih, Kholid, kamu memang baik, namun saya tidak ingin merepotkanmu. Saya pulang sendiri saja, lagian ini masih belum terlalu malam kok”.
“Jangan Kholifah, tidak baik kamu menolak ajakanku”.
“Bukankah akan terasa aman kalau kamu aku antar sampai rumah, takutnya terjadi apa-apa nanti dijalan, lagian ini sudah malam”.  
“Baiklah aku tak mungkin lagi menolak ajakanmu Kholid”.
Memang dulu kedekatanku dengan Kholifah sudah begitu akrab, bahkan bapak Ibu Kholifah merestui hubungan kami. Namun gara-gara keputusan Kholifah untuk jauh dari diriku lah yang menyebabkan hubungan kami putus di tengah jalan. Aku pun mengantarkan Kholifah sampai didepan rumahnya. Dan aku langsung saja pamit untuk segera pulang ke rumah.
Menjadi seorang anak yang dirul walidain itu memang sangatlah susah, karena kita memang sudah mengenal kehidupan luar, namun sekarang Kholid ingin sekali menjadi anak yang dirul walidain kepada kedua orang tuanya. Kholid ingin sekali membahagiakan kedua orang tuanya dengan mewujudkan keinginannya. Salah satu keinginan orang tuanya adalah Kholid bisa menjadi seorang Guru dan menjadi tiang keluarga.
Kini hidup itu semakin bermakna dengan sebuah langkah-langkah yang pasti. Terus berjalan dengan sejengkah demi sejengkah. Menapaki gelora kehidupan yang semakin penuh tantangan. Yang membutuhkan sebuah pengorbanan dan ketulusa hidup dalam mencapai suatu impian.
Langit merah mulai menghitam setelah keriuhan ombak dipantai Pesisir tempat tinggal Kholid, kini berubah menjadi lalu-lalang kehidupan kota, yang jauh dari kesejukan pantai. Kholid pun kembali ke Jakarta lagi untuk melanjutkan aktifitas perkuliahannya.
“Kholid sdh blik lgi ke JKT, ya?”. Tanya Kholifah lewat sms.
Kholid pun membalas sms dari Kholifah, “ya, q udh blik lgi ke, JKT. 5f y tdk pmit sma drimu”.
Kholid memang masih menginginkan Kholifah menjadi pendamping hidupnya, namun dengan keputusan yang dibuat Kholifah dia tidak bisa berbuat apa-apa untuk memperjuangkan Cintanya itu.
“Aku harus bisa, setelah aku menyelesaikan study ku ini dan berhasil menggapai impianku, aku akan segera kembali lagi untuk memperjuangkan cintaku itu”.
Hari demi hari dijalaninya dengan senyum, semangat, dan selalu syukur dengan keadaan hidupnya. Demikianlah hari-harinya dijalaninya, Kholid masih berharap bahwa nanti hidupnya akan berubah sesuai keinginannya dan keputusan itulah Allah yang menentukan.
Waktu yang panjang sudah terlewati, tetapi kepercayaan hidup akhirnya membawa Kholid bisa menyelesaikan Kuliahnya di Jakarta. Namun Kholid masih memilh untuk tetap hidup di Jakarta atau Kembali Ke Jatisari tempat hidupnya masa kecil.
END