Sabtu, 01 Desember 2012

Nak, Maafkan Ibu Tak Mampu Menyekolahkanmu

Judul               : Nak, Maafkan Ibu Tak Mampu Menyekolahkanmu
Pengarang       : Wiwid Prasetya  
Penerbit          : Diva Press
Tahun terbit     : 2010
 Sinopsis Novel Nak, Maafkan Ibu Tak Mampu Menyekolahkanmu
Belajar dari pengalaman dari Pulau Kyoshu, Jepang dimana pantai tersebut tercemar limbah perusahaan-perusahaan akibat ulah tangan manusia yang kurang memperhatikan lingkungannya. Seorang professor yang bernama Nakamura bersama tiga orang asistennya sedang berjalan-jalan dipinggiran pantai Kyoshu tersebut dan mendapati kehidupan yang sangat mengerikan sekali. Daerah tersebut seakan mati tanpa ada kehidupan, bahkan tak ada satupun orang yang tinggal disana. Profesor Nakamura dan ketiga asistennya yang bernama David, Kawaguchi, dan Raga. Raga adalah sukarelawan dari Indonesia yang diajak Profesor belajar ke Jepang.
Profesor Nakamura bekerja di sebuah LSM lingkungan hidup, dimana melihat kehidupan yang seperti itu kemudian Profesor mengadakan Observasi, mencatat, memferifikasi dan menyimpulkan tentang permasalahan yang ada di Pulau Kyoshu tersebut. Dengan keinginan keras dan mau bekerja keras untuk merubah keadaan yang ada, Pprofesor mengajak semua warga untuk banngkit dan lebih memperhatikan lingkungannya. Sehingga dengan keinginan semangat untuk merubah kehidupn jadi lebih baik akhirnya kita akan mencapai perubahan itu.
Raga kembali pulang ke anah airnya yaitu Indonesia, terutama di Ratatotok Minahasa tempat kelahirannya. Perayaan adat menyambut kedatangannya karena Raga sudah sukses menimba ilmu di Jepang. Akhirnya melihat keadaan tanah kelahirannya yang miskin dengan kekayaan alammnya yang melimpah, dibandingkan Jepang yang hanya mengandalkan pulau-pulaunya yang tandus. Raga bercerita panjang lebar tentang kehidupannya di Jepang, lalu Wak Bajo dan anaknya tiba-tiba bosan melihat ceramah yang dilakukan oleh Raga. Wak Bajo mengajak anaknya untuk pergi eninggalkan Raga. Mereka lebih mementingkan melanjutkan pekerjaannya demi mendengarkan ceramah yang dianggapnya tidak penting dari pada bekerja untuk mencari makan.
Wenas sudah siap untuk mencabut singkong dikebunnya dan kali ini mereka berharap panen kebunnya akan berhasil. Wak Bajo tak pernah makan kenyang mereka selalu berfikir untuk bagaimana cara memenuhi rasa laparnya hari demi hari. Singkong yang diharapkannya ternyata tidak membawakan hasil. Panen singkong kali ini gagal, tak ada satu pun batang pohon singkong itu yang berbuah. Dengan hati yang sedih Wak Bajo dan anaknya mensyukuri semua itu. Mungkin Allah belum member rizki kepada kita. Wak Bajo pun menasihati anaknya dengan keadaan yang telah menimpanya dengan rasa kelaparan yang setiap hari menemaninya. Wak Bajo tidak bisa memberikan makanan untuk anaknya kali ini dan menyuruh anaknya untuk tidur sebagai pelepas rasa laparnya. Wak Bajo sedih sekali karena sebagai orang tua dia tidak bisa memberikan makan kepada anaknya. Anak perempuannya sudah tumbuh besar dan sudah mulai mengerti kesusahan yang dialami ibunya. Hari demi hari dilaluinya dengan rasa lapar dan kemiskinan. Wak Bajo mengisi kelaparan anaknya dengan nasihat-nasihat agar Wenas menjadi orang yang taat kpada Allah. Meski kehidupan mereka seperti ini mereka berdua selalu bersyukur dengan keadaan yag telah dikaruniakan Allah kepadanya. Mereka tetap selalu taat kepada Allah dan selalu menjalankan perintahnya.
Teluk Buyat itulah sebutan pantai yang indah dan elok bila dipandang. Semua itu sekarang berubah menjadi pantai yang sepi dan keindahan itu sekarang hilang ak tau kemana. Wenas sering kali pergi ke Teluk Buyat untuk melupakan kepenatan pikirannya. Dia menikmati indahnya pantai yang dulu belum tercemar. Wenas juga mempunyai seorang teman di Teluk Buyat tersebut yaitu Rimbot, Rimang dan Rakin. Mereka bertiga adalah anak pantai yang tangguh dan merupakan sahabat Wenas yang baik. Meraka berempat bermain-main di pantai dengan gembira. Keadaan sekarang menjadi berubah, semua keindahan Teluk Buyat kini sudah menghilang. Air lut yang semakin keruh dengan ikan-ikannya yang terserang penyakit. Kehidupan disekitar pantaipun sekarang menjadi sepi dan sunyi, karena banyak warganya mati akibat memakan ikan yang berpenyakit itu. Ikan-ikan tersebut berbintil-bintil merah dan banyak yang mati di pinggir pantai. Melihat keadaan seperti itu Wenas sangat sedih sekali.
Lara lapar itulah yang sering dialami Wenas dan Wak Bajo seakan rasa lapar itu sudah mendarah daging didalam tubuhnya. Tiada hari tanpa rasa lapar, namun mereka berdua menganggap itu seakan sebagai kenikmatan yang selalu menemaninya. Dengan rasa lapar itu mereka dapat menggerakkan semua tubuhnya untuk melakukan pekerjaan meski dengan jalan sempoyongan. Disuatu hari Wenas sangat merasa lapar sekali dan Ibunya berusaha menenangkannya untuk memasakkan makanan yang lezat. Padahal Wak Bajo tak mempunyai bahan makanan untuk dimasak. Wak Bajo membohongi anaknya dengan memasak air dan batu di panci. Dan menyuruh anaknya untuk menunggu sambil tiduran. Dikala itu Wak Bajo pergi mennggalkan anaknya untuk pergi kepasar dan meminta-minta kepada orang di pasar. Setelah lama menunggu masakan itu selesai akghirnya Wenas pun membuka panci tersebut. Ternyata apa yang dilihat Wenas dalam panci tersebut sebuah air dan batu yang dimasak dari tadi.
Wak Bajo datang bersama dengan laki-laki yang bernama Raga kerumahnya. Wenas menyambut kedatangan Ibunya tersebut dengan wajah marah, karena Wenas merasa dibohongi oleh ibunya. Kenapa Ibu tidak jujur kepada Wenas. Dari kejadian itulah Wak Bajo sangat sedih sekjali karena dia merasa bersalah pada anaknya. Disatu sisi dia tida mau melihat anaknya sedih karena kelaparan. Namun dengan kedatangan Raga semua bisa berubah, karena Raga adalah orang terpelajar dan banyak uang. Dengan edatangan Raga keluarga Wak Bajo seakan mendapatkan berkah dari Allah SWT. Raga memberikan uang ratusan ribu kepada Wak Bajo. Karena melihat anaknya yang begitu aktif dan sangat terlihat cerdas sekali, Raga bertanya kepada Wak Bajo kenapa Wenas tidak di sekolahkan. Akhirnya pikiran itu terlintas di benak Wak Bajo, mengapa dirinya tidak menyekolahkan anakanya.  Dan Wenas pun senang sekali karena dia sudah mengenal kata-kata sekolah dari pada sebuah kata-kata pekerjaan yang selalu menemaninya setiap waktu. Kini dia sudah bisa bercita-cita untuk menjadi orang yang lebih baik.
Dalam keadaan Minahasa yang semakin parah dengan keadaan pabrik Newmont yang semakin tak beroperasi gara-gara emas yang mereka olah habis. Keadaan masyarakatpun semakin parah, kelaparan terjadi dimana-mana. Semua itu terjadi karena mereka mengolah pabrik itu tanpa memperhatikan lingkungan sekitarnya. Akibatnya limbah tercemar kemana-mana. Sumber kehidupan mereka semakin tersendat. Akibatnya kelaparan terjadi dimana-mana. Para Cukong semakin merasa sedih melihat pabrik yang selama ini memberikan kekayaan yang melimpah kini harus berhenti beroprasi. Ditambah lagi akibat yang telah disebabkan dari pabrik itu kini Cukong-cukong harus bertanggung jawab terhadap semua kejadian itu. Karena masyarakat sekitar tidak tau sebab terjadinya kelaparan itu, jadi seolah-olah Cukong-cukong itu menutup diri dan tidak mau bertanggng jawab. Tetapi melintas dipikiran Cukong itu untuk memberikan jasa yang selama ini diberikan oleh pabrik emas itu dengan membrikan layanan penanaman hutan bakau yang gundul, kesehatan, Pendidikan kepada masyarakat Ratatotok. Seolah-olah Cukong itu paling berjasa bagi mereka, padhahal semua itu tidak cukup untuk menebus semua kesalahan yang telah dibuatnya dengan mencemari lingkungan. Akhirnya kesempatan Wenas untuk sekolahpun serasa sudah didepan mata. Akhirnya dengan desakan dari Pak Raga akhirnya Cukong itu mendirikan sekolah. Bangnannya terlihat sangat megah sekali. Wenaspun sekarang bisa mendapatkan kesempatan untuk sekolah meski pikiran Wak Bajo mampu tidak ia menyekolahkan Wenas. Wak Bajo pun menemui Pak Raga di ingin mengungkapkan semua perasaan yang selalu membebaninya yaitu ingin menyekolahkan Wenas. Akhirnya Pak Raga membertahukan bahwa Wenas sudah dititipkan kepada kepala sekolah iitu, jadi Wenas sudah bisa sekolah. Akhirnya perasaan Wak Bajo senang sekali mendengar kabar itu, aakhirnya dia segera pulang dan memberitahukan kepada Wenas bahwa keinginannya untuk sekolah sudah terkabul.
Menjelang sekolah Wak Bajo mempersiapkan segala kebutuhan peralatan Wenas, seperti menjahitkan baju kepada Wak Mangun, dia adalah seorang penjahit yang tidak komersial. Wak Bajo ternyata meminta Wak Mangun untuk mencarikan kain perca merah putih untuk dijahit menjadi seragam sekolah buat anaknya. Ternyata setelah di cari tidak ada sisa kain yag dapat dijahit sebagai seragam. Akhirnya Wak Mangun menjahitkan baju dari mengambil potongan kain penjahit lain. Dan akhirnya seragampun jadi tanpa sepeserpun Wak Bajo harus membayar. Wak Mangun membrikan seragam itu secara gratis. Kemudian Wak Bajo pergi ke pasar loak untuk membeli tas dan sepatu. Akhirnya  persiapan sekolah sudah disiapkan ibu. Hati Wenas senang sekali karena besok dia akan sekolah.
Hari senin, itulah awal aku untuk pertama kalinya bersekolah, pak Raga sudah menghampiriku. Aku pun berangkat kesekolah dengan Pak Raga dan dengan semua peralatan yang dibelikan ibu sekarang sudah kupakai semua. Motor bebek Pak Raga menebus jalanan sampai kesekolah. Wenas masuk kekelas bersama gurunya tepat didepan kellas ternyata tekadku itu membutuhkan keberanian. Sebuah ejekan dari teman-teman baruku begitu nyaring ditelingaku.akhirnya akupun memperkenalkan diriku didepan kelas. Hari demi hari telah berlalu, aku sudah melupakan kesan pertamaku masuk sekolah. Si Feri dia adalah salah satu temanku yang sulit membedakan huruf vocal dan konsonan. Dan ada juga Si Runi dan Sakti dia selalu memmintaku untuk mengajarinya membaca. Belum lama sekolah masalah menimpa Wenas lagi diantaranya masalah uang. Pihak sekolah memimta uang limaratus ribu untuk biaya sekolahnya. Wak Bajo pun semakin gelisah darimana cara mendapatkan uang tersebut.
Harapan sekolah Wenas seakan kandas lagi gara-gara biaya. Wak Bajo ingin meminta tolong lagi sama Pak Raga tetapi dia sudah bayak membantu. Akhirnya terlalu memikirkan masalah tersebut tiba-tiba tubuh Wak Bajo lemas dan lemah. Tubuhnya seakan tidak mampu menahan semua masalah tersebut, kini dia jatuh sakit dan kejang-kejang. Akhirnya Wak Bajo dibawa ke klinik Sehat Newmont. Dan berhri-hari Wak Bajo menginap di Klinik tersebut sampai dirinya sembuh total, namun disamping itu Wak Bajo masih memikirkan nasib sekolah anaknya. Namun naasib berkata lain, dari mana Wak Bajo mendapatkan uang sebesar itu.   Akhirny Wenas pun mengmbil keputusan untuk berhenti sekolah.
Wenas dengan keputusannya akhirnya pergi dari rumah dan meninggalkan sekolahnya. Wak Bajo pun merelakan kepergian anak semata waayangnya meninggalkan dirinya. Wenas ingin mencari pengalaman di luar sana dan bekerja di luar Ratatotok. Akhirnya Wenas bersaama dengn Ketiga temnnya Rimang, Rakin, Rimbot. Mereka bertiga adalah teman yang baik meski nasib mereka miskin. Dan mereka berempat ingin membuktikan bahwa mereka ingin sukses dengan memadukan kepintaran dan cara kerja mereka. Mereka bertekad untuk saling membantu demi tercapainya cita-citanya.
Mereka berempat berkumpul dalam malam bersama sinar bintang rembulan disebuah pntai. Saling merebut hati unuk saling melengkapi kehidupannya. Saling memberikan pikiran dan pengalamannya untuk menghadapi kehidupan esok. Keesokan harinya mereka ingin menongsong matahari  pagi. Untuk pagi hari ini mereka bertekad ingin melakukan pekrjaan apapun, seperti menyemir sepatu, menungut barang-barang bekas sampai menjadi pedagang asongan. Akhirnya mereka semua berkeempatan menjadi penjual Koran, dengan menjual Koran mereka akan selalu mendapat ilmu dan uang. Meski teman-teman Wenas belum bisa membaca, namun Wenas meyakinkan mereka untuk bisa membca sedikit demi sedikit. Mereka akhirnya bekerja sebagai penjual Koran dikios Pak Japrak.
Pak Japrak merasa senang sekali karena sudah lama ddirinya tak mendengar canda tawa anak-anak semenjak dirinya menduda. Setiap hari mereka menjual Koran, dengan bersamaan dengan Mukri. Mereka semua sekarang bekerja sambil belajar, setiap sore mereka belajar bersama di Kios Pak Japrak. Wenas mengajari teman-temanya membaca. Dengan kepintran yang dimilikinya akhirnya membuat teman-temannya jatuh hati kepadanya. Pada suatu hari salah satu temannya bernama Rimbot mengungkapkan isi hatinya saat Wenas tidur. Dengan tidak di sengaja Rimang mendengar perkataan itu. Namun Rimang tidak mau mempermasalahkan soal itu, meski dirinya juga jatuh hati pada Wenas. Rimang mengalah karena pertemanan akan lebih indah dibandingkan dengan perebutan cinta. Disaat itu juga Rakin mendengar perkataan Rimbot tadi, namun berbeda dengan Rimang disini Rakin bersih keras untuk bersaing mendapatkan cinta Wenas. mereka berdua masih bersih keras mendapatkan hati Wenas. bahkan di hari istimewa saat mereka bisa membaca tiba-tiba diwarnai dengan saling perebutan hati Wenas. Wenas merasa sedih sekali kenapa mereka semua cepat sekali dirasuki setan.
Siang itu saat setelah makan tiba-tiba Rimbot memberikanku sebuah kado yang dibungkus kertas merah jambu. Dalam kdo tersebut ternyata berisi bku diary. Tak mau kalah dengan Rimbot Rakin juga memberikan kado untuk Wenas. ternyata kado yang diberikan Rakin adalah Buku panduan bermaian sepak bola. Dengan begitu akhirnya Wenas tau bahwa Rakin belum benar-benar bisa membaca. Ternyata Wenas harus dibohongi oleh temannya sendiri, disini ternyata ad temanya yang masih belum bisa membaca. Setelah kejadian itu akhirnya Wenas agak menjahui mereka. Akhirnya mereka minta maaf kepada Wenas, dengan kebohongan itu Wenas merasa sedih sekali, semua terasa sia-sia perjuangan membrikan pelajaran kepada mereka. setelaah kejadian kebohongan itu aku semakin tau sifat-sifat teman-temanku. Dan akhirnya aku bertemu dengan temanku yang bernama Runi. Runi mengajakku kembali untuk sekolah lagi tanpa harus membayar uang lima ratus ribu. Asalkan aku mau mengajari Sakti membaca, karena sampai sekarang Sakti belum bisa membaca. Tawaran itu sangat menggiurkan sekali buat Wenas, dan akhirnya akupun menyetujuinya untuk kembali kesekolah dan mengajari Sakti membaca.
Pak Raga datang kerumah Wak Bajo menanyakan keadaan Wenas, dan apa yang diperolehnya setelah lama ditinggalnya. Ternyata Wenas tidak sekolah gara-gara uang lima ratus ribu. Pak Raga sedih sekali mendengar perkataan itu. Wenas pun menepati janjinya dengan Runi didepan sekolah. Akhirnya mereka berdua pergi kerumah Sakti. Disana mereka mengajari Sakti membaca. Setelah selesai Wenas dan Runi pamit untuk pulang, namun didepan rumah Wenas bertemu dengan Pak Raga. Pak Raga bertanya tentang kejadian apa yang telah dialaminya disekolah. Akhirnya Pak Raga mengajak Wenas untuk dijadikan saksi, bahwa dia telah diusir dari sekolah gara-gara tidak membayar uang sebesar lima ratus ribu. Padahal sudah sesuai dengan perjanjian bahwa sekolah semesta adalah sekolah untuk warga Ratatotok. Pak Raga dan Wenas menemui Koh Tay Djienyang tak lain adalah kakek Sakti. Dulu Koh Tay Djien adalah orang yang bertanggung jawab terhadap sekolah tersebut. Setelah bertemu dengan kakek Sakti akhirnya Pak Raga dan Wenas mendapat kepastian yang jelas atas dikeluarkannya Wenas dari sekolah semesta. Ternyata sekarang kepala sekolah dipegang oleh anaknya Tong dan dia lupa dengan janji yang telah disepakati dulu oleh Koh Tay Djien.
Setelah mendengar kepastian itu Pak Raga dan Wenas memutuskan untuk tidak kembali lagi kesekolah tersebut dan mereka berdua telah memaafkan kesalahan Koh Tay Djien. Wenas pun bercerita kalau dirinya akan membantu teman-temannya anak pantai untuk belajar membaca. Mendengar perkataan itu akhirnya Pak Raga mendirikan sekolah Kolong Miskin, sekolah itu diperuntukkan anak-anak miski di kolong jembatan. Pak Raga ingin membuktikan bahwa sekolah itu hanya butuh uang dan bangunan yang bagus, tetapi yang dibtuhkan adalah kualitas siswanya. Akhirnya setelah berbulan-bulan berjalan, Pak Raga ingin membangun sekolah Kolong Miskin tersebut. Dia mengajak teman-temannya dan warga sekitar untuk peduli terhadap generasi muda kita. Akhirnya terbangunlah sekolah Kolong Miskin dan gurunya juga tidak hanya Pak Raga tetapiu ada juga teman-temannya yang suka rela mengajar disekolah Kolong Miskin tersebut. Akhirnya untuk yang pertama kali sekolah Kolong Miskin mendapat juara dalam lomba cerdas cermat se-Sulawesi Utara, bahkan menang atas sekolah Semesta. Setelah mendapatkan juara akhirnya Wenas pulang kerumahnya, Wak Bajo sangat senang sekali karena Wenas sudah menepati janjinya. Wak Bajo merasa bahagia sekali melihat anaknya menjadi pintar. Setelah pertemuan yang bahagia bercampur sedih itu. Wenas pun meminta ijin pada Wak Bajo untuk pergi dalam waktu yang lama, karena Wenas akan sekolah di Minahasa di Sekolah Kolong Miskin. Dengan hati yang berat Wak Bajo pun mengikhlaskan anak semata wayangnya untuk meneruskan cita-citanya.

0 komentar:

Posting Komentar