Identitas
Buku
Judul :
Ronggeng Dukuh Paruk
Pengarang :
Ahmad Tohari
Penerbit :
Gramedia Pustaka Utama
Tahun penerbit :
1998
Sinopsis Ronggeng Dukuh Paruk
Dukuh Paruk adalah sebuah desa yang
terkenal dengan seorang ronggeng yang mampu menghidupkan desanya sampai ke kota
dan pelosok desa lain. Dukuh Paruk tanpa ronggeng bukanlah dukuh paruk. Dukuh
paruk hanya lengkap bila di sana ada keramat si Secamenggala, ada seloroh
cabul, ada sumpah serapah, dan ada ronggeng bersama perangkat calungnya. Ki
Secamenggala, konon merupakan nenek moyang semua orang dukuh paruk, yang
merupakan seorang bromocorah yang sengaja mencari daerah paling sunyi sebagai
tempat menghabiskan riwayat keberadaannya.
Namun, setelah beberapa tahun
berlalu dukuh paruk seakan sepi karena tidak ada lagi seorang ronggeng.
Ronggeng yang terakhir sudah mati sejak dua belas tahun yang lalu. Kemudian
muncullah benih-benih ronggeng dalam diri Srintil. Srintil adalah gadis kecil
berusia 11 tahun . Sejak kecil Srintil diasuh oleh kakek dan neneknya, karena
orang tua Srintil telah meninggal dunia sejak Srintil berusia 5 bulan. Orang
tua Srintil meninggal dunia karena terkena racun tempe bongkrek buatan ibunya
sendiri. Bakat menari Srintil telah diketahui kakeknya. Karena kakeknya sering
memperhatikan Srintil menari di bawah pohon nangka bersama ketiga temannya,
yaitu Rasus, Warta, dan Darsun. Kakek Srintil yang bernama Sakarya, percaya
bahwa Srintil telah kemasukan indang. Indang adalah semacam wangsit yang
dimuliakan di dunia peronggengan. Dari cara Srintil menari, lenggak-lenggoknya
sama seperti tarian yang dilakukan oleh ronggeng. Sebab bagaimanapun diajari,
seorang perawan tidak bisa menjadi ronggeng kecuali roh indang telah
merasukinya.
Beberapa hari kemudian Sakarya
menceritakan tentang apa yang dilihatnya pada diri Srintil kepada Kartareja, yang
secara turun temurun menjadi dukuh ronggeng di Dukuh Paruk. Untuk pertama
kalinya Srintil menari dihadapan banyak orang. Di rumah Kartareja, Srintil
dirias oleh Nyai Kartareja. Srintil didandani layaknya seorang ronggeng dewasa.
Nyai Kartareja tak lupa meniupkan mantra pekasih ke ubun-ubun Srintil. Mantra
yang di Dukuh paruk dipercaya akan membuat siapa saja tampak lebih cantik dari
sebenarnya, beberapa susuk emas juga dipasang. Semua pandangan tertuju pada
Srintil ketika dia muulai menari.
Dua bulan sudah Srintil menjadi
ronggeng, namun masih ada tahapan yang harus dilaluinya, sebelum Srintil
menyebut dirinya ronggeng. Salah satu diantaranya adalah upacara pemandian yang
secara turun-temurun dilakukan di depan cungkup Ki Secamenggala. Semua warga
tidak ada yang melakukan aktivitas pagi itu, karena menyaksikan upacara
pemandian ronggeng yang jarang terjadi. Setelah upacara pemandian selesai,
calung mulai dimainkan dan sang ronggeng mulai melenggok. Tiba-tiba Kartareja
memanggil, tatapan matanya yang terbeliak menatap mulai mendekati Srintil dan
menari bersamanya. Hanya Sakarya yang paham bahwa Kartareja telah dirasuki oleh
arwah Ki secamenggala. Namun itu menandakan bahwa Srintil telah diterima oleh
ruh Ki Secamenggala untuk menjadi ronggeng sejati. Upacara pemandian di
perkuburan itu bukan syarat terakhir seorang gadis untuk menjadi ronggeng
sejati.
Orang dukuh paruk mengatakan bahwa
Srintil harus menyelesaikan satu syarat lagi. Syarat terakhir yang harus
dipenuhi Srintil adalah bukak-klambu. Bukak-klambu adalah semacam sayembara
terbuka bagi laki-laki manapun. Yang disayembarakan adalah keperawanan calon
ronggeng. Laki-laki yang dapat menyerahkan sejumlah uang yang ditentukan oleh
dukun ronggeng, berhak menikmati virginitas itu. Rasus sudah mengetahui bahwa
ada dua pemuda yang memenangkan sayembara itu, yaitu Dower dan Sulam. Sulam
sudah menyerahkan seringgit uang emas dan Dower menyerahkan seekor kerbau dan 2
rupiah uang perak kepada Ki Kertareja. pada malam yang telah ditentukan,
Srintil akan menjalankan tahap selanjutnya yaitu bukak-klambu. Kedua pemuda itu
bertengkar siapa yang akan mendapat giliran pertama. Rasus mendengar
pertengkaran tersebut. Tanpa diduga, saat Rasus dalam keadaan sedih, tiba-tiba
Srintil menghampiri Rasus dibelakang rumah Kertareja. Srintil memohon kepada
Rasus untuk menidurinya waktu itu. Srintil memaksa Rasus untuk menidurinya dan
dengan akhirnya virginitas Srintil sudah diambil Rasus. Rasus adalah laki-laki
yang sangat di cintai oleh Srintil.
Rasus kemudian memutuskan untuk mengasingkan
diri ke desa Dawuan. Karena jika ia tetap di Dukuh peruk, sering muncul dalam
diri Rasus bayangan Srintil sebagai Emaknya. Rasus telah mengalah dan
membiarkan Sritil menjadi milik orang banyak dan menjadi ronggeng kebanggaan
dukuh paruk, setelah ia menolak Srintil, ketika Srintil memintanya untuk
menjadi suaminya.
Pasar Dawuhan sedikit demi sedikit
mulai merenggangkan hubungan Rasus dengan Srintil. Pasar Dawuhan memberikan
cakrawala luas kepada Rasus tentang banyak hal. Pengalaman Rasus di pasar Dawuhanlah
yang banyak memberinya pelajaran. Dunia yang dulu ia kenal hanyalah Dukuh
Paruk, ternyata nilai-nilai yang berada di dukuh paruk tidak berlaku secara
umum. Pasar Dawuhan juga menjadi tempat pertemuan antara Rasus dengan Srintil.
Di pasar Dawuhan juga Rasus juga bertemu dengan Sersan Slamet. Karena
pengabdian Rasus, kemudian ia diangkat menjadi tentara. Tugas pertama yang
harus ia jalankan yaitu ia harus berjaga di dukuh paruk, karena Sersan
menganggap bahwa Rasuslah yang lebih mengetahui seluk-beluk tentang Dukuh
Paruk. Ketika itu ia mendapat tugas berjaga dengan kopral Pujo. Banyak
perampokan yang terjadi di kecamatan Dawuhan, termasuk Dukuh Paruk. Untuk itu
Rasus ikut terlibat karena kekurangan tentara. Tak terasa Rasus telah dua tahun
meninggalkan Dukuh Paruk, karena ia lebih banyak menghabiskan waktunya di
Dawuhan dan menjadi tentara. Ketika ia kembali ke Dukuh Paruk untuk menjalankan
tugasnya. Ia menyempatkan diri untuk menemui Srintil. Srintil sering ngomong
kepada Rasus, bahwa ia menginginkan
sebuah pernikahan dan menjadi wanita yang sejati dengan menjadi seorang
ibu. Namun Rasus masih tidak bisa mengabulkan.
Sudah lama Srintil tidak menari
menjadi ronggeng karena ada suatu permasalahan dengan Bakar, yang merupakan
rekan kerjasama antara sang ronggeng maupun pemain calung. Bakarlah yang selama
ini mempromosikan ronggeng sampai ke desa lain. Namun karena terjadi
perselisihan mereka menjadi musuh. Terjadilah pemberontakan di Dukuh Paruk
serta di perkuburan Ki Secamenggala. Karena mereka tidak menerima perlakuan
Bakar, akhirnya Srintil dan Sakum melaporkan perbuatan Bakar ke polisi. Namun
yang terjadi malah semuanya ditahan. Hanya Srintillah yang tidak tahan karena
kecantikannya. Namun akhirnya Srintil juga merasakan dalam sel tahanan.
Pengalaman Srintil sebagai tahanan
menyadarkan ia tentang harkatnya sebagai manusia. Karena itu ia mempunyai
keinginan untuk memperbaiki diri. Muncullah Bajus dalam kehidupannya. Bajus
adalah salah satu pekerja proyek yang ikut dalam pembangunan di dukuh paruk.
Karena nenek Srintil berjualan pada saat pembangunan tersebut berlangsung, jadi
Bajus sering berkunjung dan akhirnya merekapun dekat. Srintil telah menaruh
harapan yang besar kepada Bajus untuk dapat menemani hidupnya dan merubahnya.
Karena Srintil terpengaruh oleh cerita-cerita Bajus, akhirnya Srintil mau saja
ketika ia diajak oleh Bajus ke kota dan diperkenalkan dengan bos Bajus.
Harpan yang berkobar itu dalam
seketika hilang dan menjadi sebuah sesal dan tangis hanya karena iming-iming
uang yang banyak dan pekerjaan yang diberikan oleh bos Bajus. Karena kejadian
itu jiwa Srintil terguncang dan mengalami gangguan. Bajus sadar Srintil menjadi
berubah karena perbuatannya. Bajus kemudian membawa Srintil kembali ke Dukuh
Paruk bersama nenek dan kakeknya. Rasus yang telah lama berkelana, seketika
langsung kaget ketika ia kembali ke Dukuh Paruk dan melihat perubahan dalam
diri Srintil. Memang hanyalah Rasus yang dapat merubah Srintil menjadi kembali
seperti semula, hanya kata-katanyalah yang diperhatikan oleh Srintil. Ternyata
apa yang dikatakan oleh mendiang Sakarya tentang bulan berkalang bianglala
adalah datangnya masa susah Dukuh Paruk, dan itu memang terjadi di Dukuh Paruk.
0 komentar:
Posting Komentar