Judul : Nak, Maafkan Ibu Tak Mampu
Menyekolahkanmu
Pengarang :
Wiwid Prasetya
Penerbit : Diva Press
Tahun terbit : 2010
Sinopsis Novel Nak, Maafkan Ibu Tak Mampu Menyekolahkanmu
Belajar dari pengalaman dari Pulau
Kyoshu, Jepang dimana pantai tersebut tercemar limbah perusahaan-perusahaan
akibat ulah tangan manusia yang kurang memperhatikan lingkungannya. Seorang
professor yang bernama Nakamura bersama tiga orang asistennya sedang berjalan-jalan
dipinggiran pantai Kyoshu tersebut dan mendapati kehidupan yang sangat
mengerikan sekali. Daerah tersebut seakan mati tanpa ada kehidupan, bahkan tak
ada satupun orang yang tinggal disana. Profesor Nakamura dan ketiga asistennya
yang bernama David, Kawaguchi, dan Raga. Raga adalah sukarelawan dari Indonesia
yang diajak Profesor belajar ke Jepang.
Profesor Nakamura bekerja di sebuah LSM
lingkungan hidup, dimana melihat kehidupan yang seperti itu kemudian Profesor
mengadakan Observasi, mencatat, memferifikasi dan menyimpulkan tentang
permasalahan yang ada di Pulau Kyoshu tersebut. Dengan keinginan keras dan mau
bekerja keras untuk merubah keadaan yang ada, Pprofesor mengajak semua warga
untuk banngkit dan lebih memperhatikan lingkungannya. Sehingga dengan keinginan
semangat untuk merubah kehidupn jadi lebih baik akhirnya kita akan mencapai
perubahan itu.
Raga kembali pulang ke anah airnya yaitu
Indonesia, terutama di Ratatotok Minahasa tempat kelahirannya. Perayaan adat
menyambut kedatangannya karena Raga sudah sukses menimba ilmu di Jepang.
Akhirnya melihat keadaan tanah kelahirannya yang miskin dengan kekayaan
alammnya yang melimpah, dibandingkan Jepang yang hanya mengandalkan
pulau-pulaunya yang tandus. Raga bercerita panjang lebar tentang kehidupannya
di Jepang, lalu Wak Bajo dan anaknya tiba-tiba bosan melihat ceramah yang
dilakukan oleh Raga. Wak Bajo mengajak anaknya untuk pergi eninggalkan Raga.
Mereka lebih mementingkan melanjutkan pekerjaannya demi mendengarkan ceramah
yang dianggapnya tidak penting dari pada bekerja untuk mencari makan.
Wenas sudah siap untuk mencabut singkong
dikebunnya dan kali ini mereka berharap panen kebunnya akan berhasil. Wak Bajo
tak pernah makan kenyang mereka selalu berfikir untuk bagaimana cara memenuhi
rasa laparnya hari demi hari. Singkong yang diharapkannya ternyata tidak
membawakan hasil. Panen singkong kali ini gagal, tak ada satu pun batang pohon
singkong itu yang berbuah. Dengan hati yang sedih Wak Bajo dan anaknya
mensyukuri semua itu. Mungkin Allah belum member rizki kepada kita. Wak Bajo
pun menasihati anaknya dengan keadaan yang telah menimpanya dengan rasa kelaparan
yang setiap hari menemaninya. Wak Bajo tidak bisa memberikan makanan untuk
anaknya kali ini dan menyuruh anaknya untuk tidur sebagai pelepas rasa
laparnya. Wak Bajo sedih sekali karena sebagai orang tua dia tidak bisa
memberikan makan kepada anaknya. Anak perempuannya sudah tumbuh besar dan sudah
mulai mengerti kesusahan yang dialami ibunya. Hari demi hari dilaluinya dengan
rasa lapar dan kemiskinan. Wak Bajo mengisi kelaparan anaknya dengan
nasihat-nasihat agar Wenas menjadi orang yang taat kpada Allah. Meski kehidupan
mereka seperti ini mereka berdua selalu bersyukur dengan keadaan yag telah
dikaruniakan Allah kepadanya. Mereka tetap selalu taat kepada Allah dan selalu
menjalankan perintahnya.
Teluk Buyat itulah sebutan pantai yang
indah dan elok bila dipandang. Semua itu sekarang berubah menjadi pantai yang
sepi dan keindahan itu sekarang hilang ak tau kemana. Wenas sering kali pergi
ke Teluk Buyat untuk melupakan kepenatan pikirannya. Dia menikmati indahnya
pantai yang dulu belum tercemar. Wenas juga mempunyai seorang teman di Teluk
Buyat tersebut yaitu Rimbot, Rimang dan Rakin. Mereka bertiga adalah anak
pantai yang tangguh dan merupakan sahabat Wenas yang baik. Meraka berempat
bermain-main di pantai dengan gembira. Keadaan sekarang menjadi berubah, semua
keindahan Teluk Buyat kini sudah menghilang. Air lut yang semakin keruh dengan
ikan-ikannya yang terserang penyakit. Kehidupan disekitar pantaipun sekarang
menjadi sepi dan sunyi, karena banyak warganya mati akibat memakan ikan yang
berpenyakit itu. Ikan-ikan tersebut berbintil-bintil merah dan banyak yang mati
di pinggir pantai. Melihat keadaan seperti itu Wenas sangat sedih sekali.
Lara lapar itulah yang sering dialami
Wenas dan Wak Bajo seakan rasa lapar itu sudah mendarah daging didalam tubuhnya.
Tiada hari tanpa rasa lapar, namun mereka berdua menganggap itu seakan sebagai
kenikmatan yang selalu menemaninya. Dengan rasa lapar itu mereka dapat
menggerakkan semua tubuhnya untuk melakukan pekerjaan meski dengan jalan
sempoyongan. Disuatu hari Wenas sangat merasa lapar sekali dan Ibunya berusaha
menenangkannya untuk memasakkan makanan yang lezat. Padahal Wak Bajo tak
mempunyai bahan makanan untuk dimasak. Wak Bajo membohongi anaknya dengan
memasak air dan batu di panci. Dan menyuruh anaknya untuk menunggu sambil
tiduran. Dikala itu Wak Bajo pergi mennggalkan anaknya untuk pergi kepasar dan
meminta-minta kepada orang di pasar. Setelah lama menunggu masakan itu selesai
akghirnya Wenas pun membuka panci tersebut. Ternyata apa yang dilihat Wenas
dalam panci tersebut sebuah air dan batu yang dimasak dari tadi.
Wak Bajo datang bersama dengan laki-laki
yang bernama Raga kerumahnya. Wenas menyambut kedatangan Ibunya tersebut dengan
wajah marah, karena Wenas merasa dibohongi oleh ibunya. Kenapa Ibu tidak jujur
kepada Wenas. Dari kejadian itulah Wak Bajo sangat sedih sekjali karena dia
merasa bersalah pada anaknya. Disatu sisi dia tida mau melihat anaknya sedih
karena kelaparan. Namun dengan kedatangan Raga semua bisa berubah, karena Raga
adalah orang terpelajar dan banyak uang. Dengan edatangan Raga keluarga Wak
Bajo seakan mendapatkan berkah dari Allah SWT. Raga memberikan uang ratusan
ribu kepada Wak Bajo. Karena melihat anaknya yang begitu aktif dan sangat
terlihat cerdas sekali, Raga bertanya kepada Wak Bajo kenapa Wenas tidak di
sekolahkan. Akhirnya pikiran itu terlintas di benak Wak Bajo, mengapa dirinya
tidak menyekolahkan anakanya. Dan Wenas
pun senang sekali karena dia sudah mengenal kata-kata sekolah dari pada sebuah
kata-kata pekerjaan yang selalu menemaninya setiap waktu. Kini dia sudah bisa
bercita-cita untuk menjadi orang yang lebih baik.
Dalam keadaan Minahasa yang semakin
parah dengan keadaan pabrik Newmont yang semakin tak beroperasi gara-gara emas
yang mereka olah habis. Keadaan masyarakatpun semakin parah, kelaparan terjadi
dimana-mana. Semua itu terjadi karena mereka mengolah pabrik itu tanpa
memperhatikan lingkungan sekitarnya. Akibatnya limbah tercemar kemana-mana.
Sumber kehidupan mereka semakin tersendat. Akibatnya kelaparan terjadi
dimana-mana. Para Cukong semakin merasa sedih melihat pabrik yang selama ini
memberikan kekayaan yang melimpah kini harus berhenti beroprasi. Ditambah lagi
akibat yang telah disebabkan dari pabrik itu kini Cukong-cukong harus
bertanggung jawab terhadap semua kejadian itu. Karena masyarakat sekitar tidak
tau sebab terjadinya kelaparan itu, jadi seolah-olah Cukong-cukong itu menutup
diri dan tidak mau bertanggng jawab. Tetapi melintas dipikiran Cukong itu untuk
memberikan jasa yang selama ini diberikan oleh pabrik emas itu dengan membrikan
layanan penanaman hutan bakau yang gundul, kesehatan, Pendidikan kepada
masyarakat Ratatotok. Seolah-olah Cukong itu paling berjasa bagi mereka,
padhahal semua itu tidak cukup untuk menebus semua kesalahan yang telah
dibuatnya dengan mencemari lingkungan. Akhirnya kesempatan Wenas untuk
sekolahpun serasa sudah didepan mata. Akhirnya dengan desakan dari Pak Raga
akhirnya Cukong itu mendirikan sekolah. Bangnannya terlihat sangat megah
sekali. Wenaspun sekarang bisa mendapatkan kesempatan untuk sekolah meski
pikiran Wak Bajo mampu tidak ia menyekolahkan Wenas. Wak Bajo pun menemui Pak
Raga di ingin mengungkapkan semua perasaan yang selalu membebaninya yaitu ingin
menyekolahkan Wenas. Akhirnya Pak Raga membertahukan bahwa Wenas sudah
dititipkan kepada kepala sekolah iitu, jadi Wenas sudah bisa sekolah. Akhirnya
perasaan Wak Bajo senang sekali mendengar kabar itu, aakhirnya dia segera
pulang dan memberitahukan kepada Wenas bahwa keinginannya untuk sekolah sudah
terkabul.
Menjelang sekolah Wak Bajo mempersiapkan
segala kebutuhan peralatan Wenas, seperti menjahitkan baju kepada Wak Mangun,
dia adalah seorang penjahit yang tidak komersial. Wak Bajo ternyata meminta Wak
Mangun untuk mencarikan kain perca merah putih untuk dijahit menjadi seragam
sekolah buat anaknya. Ternyata setelah di cari tidak ada sisa kain yag dapat
dijahit sebagai seragam. Akhirnya Wak Mangun menjahitkan baju dari mengambil
potongan kain penjahit lain. Dan akhirnya seragampun jadi tanpa sepeserpun Wak
Bajo harus membayar. Wak Mangun membrikan seragam itu secara gratis. Kemudian
Wak Bajo pergi ke pasar loak untuk membeli tas dan sepatu. Akhirnya persiapan sekolah sudah disiapkan ibu. Hati
Wenas senang sekali karena besok dia akan sekolah.
Hari senin, itulah awal aku untuk
pertama kalinya bersekolah, pak Raga sudah menghampiriku. Aku pun berangkat
kesekolah dengan Pak Raga dan dengan semua peralatan yang dibelikan ibu
sekarang sudah kupakai semua. Motor bebek Pak Raga menebus jalanan sampai
kesekolah. Wenas masuk kekelas bersama gurunya tepat didepan kellas ternyata
tekadku itu membutuhkan keberanian. Sebuah ejekan dari teman-teman baruku
begitu nyaring ditelingaku.akhirnya akupun memperkenalkan diriku didepan kelas.
Hari demi hari telah berlalu, aku sudah melupakan kesan pertamaku masuk
sekolah. Si Feri dia adalah salah satu temanku yang sulit membedakan huruf vocal
dan konsonan. Dan ada juga Si Runi dan Sakti dia selalu memmintaku untuk
mengajarinya membaca. Belum lama sekolah masalah menimpa Wenas lagi diantaranya
masalah uang. Pihak sekolah memimta uang limaratus ribu untuk biaya sekolahnya.
Wak Bajo pun semakin gelisah darimana cara mendapatkan uang tersebut.
Harapan sekolah Wenas seakan kandas lagi
gara-gara biaya. Wak Bajo ingin meminta tolong lagi sama Pak Raga tetapi dia
sudah bayak membantu. Akhirnya terlalu memikirkan masalah tersebut tiba-tiba
tubuh Wak Bajo lemas dan lemah. Tubuhnya seakan tidak mampu menahan semua
masalah tersebut, kini dia jatuh sakit dan kejang-kejang. Akhirnya Wak Bajo
dibawa ke klinik Sehat Newmont. Dan berhri-hari Wak Bajo menginap di Klinik
tersebut sampai dirinya sembuh total, namun disamping itu Wak Bajo masih
memikirkan nasib sekolah anaknya. Namun naasib berkata lain, dari mana Wak Bajo
mendapatkan uang sebesar itu. Akhirny
Wenas pun mengmbil keputusan untuk berhenti sekolah.
Wenas dengan keputusannya akhirnya pergi
dari rumah dan meninggalkan sekolahnya. Wak Bajo pun merelakan kepergian anak
semata waayangnya meninggalkan dirinya. Wenas ingin mencari pengalaman di luar
sana dan bekerja di luar Ratatotok. Akhirnya Wenas bersaama dengn Ketiga
temnnya Rimang, Rakin, Rimbot. Mereka bertiga adalah teman yang baik meski
nasib mereka miskin. Dan mereka berempat ingin membuktikan bahwa mereka ingin
sukses dengan memadukan kepintaran dan cara kerja mereka. Mereka bertekad untuk
saling membantu demi tercapainya cita-citanya.
Mereka berempat berkumpul dalam malam
bersama sinar bintang rembulan disebuah pntai. Saling merebut hati unuk saling
melengkapi kehidupannya. Saling memberikan pikiran dan pengalamannya untuk
menghadapi kehidupan esok. Keesokan harinya mereka ingin menongsong matahari pagi. Untuk pagi hari ini mereka bertekad
ingin melakukan pekrjaan apapun, seperti menyemir sepatu, menungut
barang-barang bekas sampai menjadi pedagang asongan. Akhirnya mereka semua
berkeempatan menjadi penjual Koran, dengan menjual Koran mereka akan selalu
mendapat ilmu dan uang. Meski teman-teman Wenas belum bisa membaca, namun Wenas
meyakinkan mereka untuk bisa membca sedikit demi sedikit. Mereka akhirnya
bekerja sebagai penjual Koran dikios Pak Japrak.
Pak Japrak merasa senang sekali karena
sudah lama ddirinya tak mendengar canda tawa anak-anak semenjak dirinya menduda.
Setiap hari mereka menjual Koran, dengan bersamaan dengan Mukri. Mereka semua
sekarang bekerja sambil belajar, setiap sore mereka belajar bersama di Kios Pak
Japrak. Wenas mengajari teman-temanya membaca. Dengan kepintran yang
dimilikinya akhirnya membuat teman-temannya jatuh hati kepadanya. Pada suatu
hari salah satu temannya bernama Rimbot mengungkapkan isi hatinya saat Wenas
tidur. Dengan tidak di sengaja Rimang mendengar perkataan itu. Namun Rimang
tidak mau mempermasalahkan soal itu, meski dirinya juga jatuh hati pada Wenas.
Rimang mengalah karena pertemanan akan lebih indah dibandingkan dengan
perebutan cinta. Disaat itu juga Rakin mendengar perkataan Rimbot tadi, namun
berbeda dengan Rimang disini Rakin bersih keras untuk bersaing mendapatkan
cinta Wenas. mereka berdua masih bersih keras mendapatkan hati Wenas. bahkan di
hari istimewa saat mereka bisa membaca tiba-tiba diwarnai dengan saling
perebutan hati Wenas. Wenas merasa sedih sekali kenapa mereka semua cepat
sekali dirasuki setan.
Siang itu saat setelah makan tiba-tiba
Rimbot memberikanku sebuah kado yang dibungkus kertas merah jambu. Dalam kdo
tersebut ternyata berisi bku diary. Tak mau kalah dengan Rimbot Rakin juga memberikan
kado untuk Wenas. ternyata kado yang diberikan Rakin adalah Buku panduan
bermaian sepak bola. Dengan begitu akhirnya Wenas tau bahwa Rakin belum
benar-benar bisa membaca. Ternyata Wenas harus dibohongi oleh temannya sendiri,
disini ternyata ad temanya yang masih belum bisa membaca. Setelah kejadian itu
akhirnya Wenas agak menjahui mereka. Akhirnya mereka minta maaf kepada Wenas,
dengan kebohongan itu Wenas merasa sedih sekali, semua terasa sia-sia
perjuangan membrikan pelajaran kepada mereka. setelaah kejadian kebohongan itu
aku semakin tau sifat-sifat teman-temanku. Dan akhirnya aku bertemu dengan
temanku yang bernama Runi. Runi mengajakku kembali untuk sekolah lagi tanpa
harus membayar uang lima ratus ribu. Asalkan aku mau mengajari Sakti membaca, karena
sampai sekarang Sakti belum bisa membaca. Tawaran itu sangat menggiurkan sekali
buat Wenas, dan akhirnya akupun menyetujuinya untuk kembali kesekolah dan
mengajari Sakti membaca.
Pak Raga datang kerumah Wak Bajo
menanyakan keadaan Wenas, dan apa yang diperolehnya setelah lama ditinggalnya.
Ternyata Wenas tidak sekolah gara-gara uang lima ratus ribu. Pak Raga sedih
sekali mendengar perkataan itu. Wenas pun menepati janjinya dengan Runi didepan
sekolah. Akhirnya mereka berdua pergi kerumah Sakti. Disana mereka mengajari
Sakti membaca. Setelah selesai Wenas dan Runi pamit untuk pulang, namun didepan
rumah Wenas bertemu dengan Pak Raga. Pak Raga bertanya tentang kejadian apa
yang telah dialaminya disekolah. Akhirnya Pak Raga mengajak Wenas untuk
dijadikan saksi, bahwa dia telah diusir dari sekolah gara-gara tidak membayar
uang sebesar lima ratus ribu. Padahal sudah sesuai dengan perjanjian bahwa
sekolah semesta adalah sekolah untuk warga Ratatotok. Pak Raga dan Wenas
menemui Koh Tay Djienyang tak lain adalah kakek Sakti. Dulu Koh Tay Djien
adalah orang yang bertanggung jawab terhadap sekolah tersebut. Setelah bertemu
dengan kakek Sakti akhirnya Pak Raga dan Wenas mendapat kepastian yang jelas
atas dikeluarkannya Wenas dari sekolah semesta. Ternyata sekarang kepala
sekolah dipegang oleh anaknya Tong dan dia lupa dengan janji yang telah
disepakati dulu oleh Koh Tay Djien.
Setelah mendengar kepastian itu Pak Raga
dan Wenas memutuskan untuk tidak kembali lagi kesekolah tersebut dan mereka
berdua telah memaafkan kesalahan Koh Tay Djien. Wenas pun bercerita kalau
dirinya akan membantu teman-temannya anak pantai untuk belajar membaca.
Mendengar perkataan itu akhirnya Pak Raga mendirikan sekolah Kolong Miskin,
sekolah itu diperuntukkan anak-anak miski di kolong jembatan. Pak Raga ingin
membuktikan bahwa sekolah itu hanya butuh uang dan bangunan yang bagus, tetapi
yang dibtuhkan adalah kualitas siswanya. Akhirnya setelah berbulan-bulan
berjalan, Pak Raga ingin membangun sekolah Kolong Miskin tersebut. Dia mengajak
teman-temannya dan warga sekitar untuk peduli terhadap generasi muda kita.
Akhirnya terbangunlah sekolah Kolong Miskin dan gurunya juga tidak hanya Pak
Raga tetapiu ada juga teman-temannya yang suka rela mengajar disekolah Kolong
Miskin tersebut. Akhirnya untuk yang pertama kali sekolah Kolong Miskin
mendapat juara dalam lomba cerdas cermat se-Sulawesi Utara, bahkan menang atas
sekolah Semesta. Setelah mendapatkan juara akhirnya Wenas pulang kerumahnya,
Wak Bajo sangat senang sekali karena Wenas sudah menepati janjinya. Wak Bajo
merasa bahagia sekali melihat anaknya menjadi pintar. Setelah pertemuan yang
bahagia bercampur sedih itu. Wenas pun meminta ijin pada Wak Bajo untuk pergi
dalam waktu yang lama, karena Wenas akan sekolah di Minahasa di Sekolah Kolong Miskin.
Dengan hati yang berat Wak Bajo pun mengikhlaskan anak semata wayangnya untuk
meneruskan cita-citanya.
0 komentar:
Posting Komentar