Novel ini menceritakan seorang anak kelas 3 SD bernama
Faisal Ridowi dalam berjuang mengajak ketiga temannya yaitu Pepeng, Pambudi dan
Yudi, untuk bersekolah dan mengajar menjadi guru cilik di sekolah gratis untuk
belajar membaca bagi warga yang buta aksara. Tetapi perjuangannya tidak semudah
yang mereka bayangkan.
Pada suatu siang yang cerah Faisal dan ketiga temannya
sedang bermain untuk merebutkan laying-layang yang tersangkut dikabel listrik.
Tetapi kemudian mereka diusir Koh A Kiong. Mereka pun lari tunggang langgang
menjahui Koh A Kiong. Selain mereka benci pada Koh A Kiong mereka juga benci
pada Mat Karmin, penjual mainan anak-anak di desa Genteng, yang menual
layiag-layang dengan kualitas buruk. Faisal dan kawan-kawanpun ingin menantang
Mat Karmin dan ingin mengalahkannya. Mereka mempunyai kendala pada bahan-bahan
yang diperlukan untuk membuat layang-layang. Faisal berinisiatif untuk membeli
bahan-bahan tersebut dipaasar loak yang harganya lebih terjangkau. Faisal yang
dapat tugas membeli bahan-bahan tersebut menemukan buku tentang bagaimana cara
mmbuat layang-layang . dernganrasa takut Faisal melarikan buku tersebut demi
untuk mengalahkan Mat Karmin.
Membuat layang-layang ternyata tidaklah mudah seperti
bayangan mereka, Faisal membacakan buku tersebut untuk teman-temannya ternyata
tidak paham untuk cara membuatnya. Mereka pun berinisiatif untuk pergi kegunung
kerumah Ki Hajar Ladunni, si pembuat buku keterampilan layang-layang. Digunung mereka bertemu dengan anak yang
sangat dekil, dan anak tersebut ternyata tidak mengantar kerumah Ki Hajar
Ladunni tetapi mereka mereka diajak ke sungai. Dengan kesal mereka memaksa anak
tersebut untuk mengantar kerumah Ki Hajar Ladunni dan mereka kemudian bertemu
lelaki brewokan dan tak terusrus yang tak lain adalah Ki Hajar Ladunni itu
sendiri.
Disana mereka semua diajari cara membuat layang-layang yang
berkualitas, dan keesokan harinya mereka semua pulang dan siap untuk menantang
Mat Karmin. Betapa terkejutnya mereka setelah sampai dirumah Mat Karmin dan
mendapati dia tidak ada dirumah. Betapa kecewanya mereka setelah menemukannya
dan mendengar penjelaasan yang tidak menjual layang-layang kualitas buruk dan
musim untuk laying-layang telah usai.
Faisal walaupun masih duduk di bangku kelas III Sekolah
Dasar, teteapi mempunyai pemikiran yang melebihi umurnya. Dia bertekad untuk
membujuk ketiga kawannya untuk besekolah agar mereka mengenyam pendidikan.
Setelah dibujuk sekian lama dan berbagai hal, akhirnya mereka mau juga untuk
sekolah. Teteapi, untuk sekolah, tidaklah segampang yang mereka pikirkan. Dari
tidak mendapat restu orang tua, biaya sekolah yang besar melebihi penghasilan
orang tua mereka, sampai kepada majikan orang tua yang tidak menyukai mereka
sekolah karena itu akan membuat mereka pintar dan akan tahu kebusukan-kebusukan
yang selama ini dia terapkan di Kampung Gedong Sapi, tempat tinggal ketiga
kawan Faisal. Walaupun begitu mereka tetap pergi sekolah untuk menuntut ilmu
dan menghadapi semua rintangan yang menghalagi mereka.
Di kelas I, tempat Pepeng, Pambudi, dan Yudi menerima
pelajaran, ada seorang gadis bernama Kania yang sudah merebut hati mereka.
Mereka pun berlomba-lomba untuk merebutkan cinta Kania. Kania yang mengetahui
hal tersebut, sangat marah karena mereka sekolah hanya untuk dirinya bukan demi
pelajaran yang mereka terima. Akhirnya mereka tersadar bahwa tujuan mereka
bersekolah adalah demi memperolah pendidikan dan menjadi pintar. Benih-benih
cinta pun juga tumbuh di hati Kania. Rasa itu pun jatuh kepada Pambudi. Mereka
pun berpacaran. Namun, cinta mereka adalah cinta monyet yang terjadi pada
mereka dan tidak tahu arti cinta yang sebenarnya.
Apa yang dilakukan Faisal tidak hanya sampai pada mengajak
teman-temannya untuk bersekolah saja. . Pada suatu hari, di desa Genteng,
tempat tinggal Faisal, ada sekolah gratis untuk memberantas buta aksara. Dengan
penuh percaya diri, dia pun mendaftarkan dirinya, bukan sebagai murid tatapi
sebagai guru. Petugas kecamatan yang memang sedang kekurangan guru, akhirnya
mau menerimanya. Perjuangan Faisal demi mengajarkan murid-murid yang mayoritas
adalah para orang tua, tidaklah semudah yang ia bayangkan. Tetapi, seiring
dengan berjalannya waktu, para murid pun bisa menerima kehadiran Faisal sebagai
guru “tuan guru belum sunat” mereka, karena Faisal belum sunat.
Perlahan tapi pasti, kegiatan untuk memberantas buta aksara
pun berjalan dengan lancar. Dari satu orang, akan menular keorang lain. Namun,
ada beberapa hal positif dan negatif dari kegiatan tersebut. Diantaranya, Pak
Cokro, Mat Karmin, dan Koh A Kiong. Ketiga oaring tersebut adalah murid-murid
Faisal. Yang pertama adalah Pak Cokro. Pada awalnya, Pak Cokro tidak menyukai
Faisal, tetapi sejak dia berguru kepada Faisal, dia pun segan. Pak Cokro juga
menerapkan ilmunya kepada para warga yang datang kerumahnya karena pada awalnya
semua watrga mengganggapnya sebagai dukun. Jadi, secara tidak langsung, Pak
Cokro sudah membantu untuk membasmi buta aksara dengan menyuruh para pasiennya
untuk membaca dulu baru berobat kepadanya, padahal Pak Cokro sendiri adalah
dukun gadungan dan dia bertekad untuk tidak menipu lagi dan membantu agar
mereka mau memebaca tanpa mereka sadari.
Yang kedua adalah Mat Karmin. Mat Karmin adalah cerninan
dari seorang anak yang terperangkap dalam tubuh seorang lelaki dewasa. Selain
itu, Mat Karmin adalah seorang bujang lapuk yabg mempunyai penyakit pedophilia. Itu adalah penyakit kelainan
seksual dan dia melampiaskannya kepada anak-anak dengan cara menyodominya
sewaktu mereka bermain ke rumah Mat Karmin. Para warga sangat marah karena
mereka mengira perilaku Mat Karmin tersebut karena kegiatan belajar membaca
huruf yang dia lakukan, padahal penyakit tersebut timbul dalam dirinya, bukan
dari dunia luar dan tidak ada hubungnnya dengan kegiatan emembaca.
Yang ketiga adalah Koh A Kiong. Koh A Kiong yang awalnya
sempat memarahi Faisal karena suka bermain layang-layang di dekat kabel PLN dan
sering membuat mati listrik di rumah warga, akhirnya terkesan juga dengan
perilaku Faisal yang walaupun masih kecil tetapi sudah berani untuk mengajar. Namun,
sejak kejadian yang menimpa Mat Karmin, dia juga merasa was-was terhadap
dirinya sendiri apabila para warga juga akan mengusirnya dari desa tersebut.
Pondok baca milik Pak Cokro dikampung genteng yang
didirikannya sejak ia memulai sekolah gratis kini menjelma menjadi rumah
bersalin yang melahirkan bayi-bayi pengetahuan dari rahim otak mereka yang
sebelumnya tak pernah terpakai. Bahkan kini pondok baca itu seugah mulai tumbuh
besar, beberapa ruangan disekat untuk ruang kelas, ruang guru dan perpustakaan.
Faisal sendiri setiap hari kamis dan minggu mengajar disana.
Pada suatu waktu tiba-tiba para warga berdemo kedepan Rumah
Yok Bek, majikan ayah-ayah Pepeng, Pambudi dan Yudi sebagai tukang perah sapi.
Yok Bek yang mendengar hal itu langsung jatuh pingsan. Faisal yang mengetahui
hal tersebut langsung berlari menenangkan para warga demi menyelamatkan rumah
teman-temannya yang berada persis didepan rumah Yok Bek. Bukanya merasa kasihan
tetapi Faisal malah dipukuli warga karena dia sok pintar. Semenjak ayah teman-teman
Faisal digusur dan tidak bekerja lagi, kehidupan sekolah Pepeng, Pambudi, dan
Yudi sungguh berubah drastis. Mereka harus bekerja ektra dua kali lipat demi
menyambung hidup dan sekolah mereka. Namun, mereka tetap besekolah demi
cita-cita mereka untuk pintar dan membahagiakan orang tua mereka. Dikelas satu,
tempat Pepeng, Pamudi, dan Yudi menerima ilmu dari guru mereka Bu Mutia
terdapat beberapa anak nakal yang suka mengusili mereka. Mereka adalah Rena,
Karisma dan Anton. Tidak heran ketika ujian kenaikan kelas berlangsung Rena dan
Karisma tidak naik kelas dikarenakan dia malsa belajar, sedangkan Rena tidak
naik kelas karena ketahuan menyontek. Sedangkan Pepeng, Pambudi dan Yudi mereka
naik kelas.
Penerimaan
penghargaan berprestasi pun diselenggarakan di SD Kartini tempat Faisal dan
kawan-kawan bersekolah. Hari begitu yang bersejarah bagi Faisal dan Kania
mereka mendapatkan penghargaan atas prestasi mereka. kedua anak tersebut
bukannya anak dari seorang yang kaya. Dan mereka berdua dipilih sebagai wakil
dari sekolah untuk mengikuti Olimpiade Eksakta
Identitas
Novel Orang Miskin Dilarang Sekolah
Judul : Orang Miskin Dilarang Sekolah
Pengarang :
Wiwid Prasetya
Penerbit :
Diva Press
Tahun terbit :
2011 (cetakan IX)
0 komentar:
Posting Komentar