Kulihat
betapa diriku mempesona
Dengan
wajah penuh rona
Tapi
?
Kini
kau datang
Membawa
duka dan lara
Merusak
rona nan citra
Merubah
segalanya jadi kelam
Dengan
butiran-butiran duka
Sebait
puisi diatas mungkin belum bisa melukisan betapa menyakitkannya bila dalam
wajah kita tumbuh sebuah jerawat. Kepedihan yang tatkala membuat orang
melakukan segala cara untuk menghilangkan jerawat dari wajahnya. Jerawatpun
muncul secara tiba-tiba dengan kita tidak menginginkanya. Seperti sebuah gunung
merapi yang siap menyemburkan isi yang ada didalamnya.
Perefleksian
di atas memberikan gambaran pada kita semua untuk menjaga dan merawat diri kita
dan apa yang ada disekitar kita. Dengan adanya sebuah jerawat di wajah kita
kita sudah sangat ketakutan. Bagaimana kalau jerawat itu tumbuh banyak ? apakah
kita akan membiarkannya merusak wajah kita ?
***
Kasus
gayus yang dulu berawal dari dirinya sendiri sekarang sudah banyak menyangkut
banyak pihak. Semuanya berawal dari satu masalah tapi akhirnya banyak mengungkap
masalah-masalah lain. Kenapa seorang gayus bisa mengatur, mengendalikan, bahkan
membohongi seluruh warga Indonesia. Dimana sudah banyak oknum-oknum dari
kepolisian dan jaksa yang menambah deretan panjang kasusnya. Tapi kenapa
masalah tersebut masih belum bisa diselesaikan ? apakah semudah itu para
aparat-aparat penegak hukum kita ini sehingga mudah dikendalikan,diatur, dan
dibohongi seorang Gayus.
Hati
nurani sudah tidak bisa digunakan semua hanya berjalan sesuai dengan adanya
uang. Semua hal dapat dibeli dengan uang. Aparat jaksa, dan kepolisian menjadi
sasaran yang sangat empuk. Menghadapi permasalahan tersebut seharusnya
pemerintah harus turun langsung dalam permasalahannya. Penyerahan kasus gayus
pada kepolisian dan kejaksaan ternyata sudah terbukti tidak bisa diharapkan
penuntasannya. Kedua lembaga pemerintahan tersebut justru menambah rumit
permasalahan tersebut. Menambah panjang permasalahan tersebut yang lama-lama
membuat menjauh dari permasalahan yang sebenarnya. Kapan Indonesia terlepas dari
masalah korupsi ?
***
Kawasan
yang dulu segar berkabut kini kelam berhawakan abu tipis. Lahan ijau berbah
menjadi kering tandus. Tumbuh-tumbuhan merandang mati perlahan dan meranggas.
Semua itu terjadi gara-gara Bromo yang tak henti-hentinya mengeluarkan asap
solfatara hitam pekat. Meski belum menyemburkan isi perutnya gunung Bromo juga
harus di waspadai. Haruskah peristiwa merapi berulang kembali ?
Warga
nelongso. Membutuhkan uluran tangan kita. Semua tanaman gagal panen,
rumah-rumah hancur berantakan tak kuat menahan beban abu vulkanik, perekonomian
warga lumpuh, kegiatan sehari-haripun hampir tak ada. Hanyalah sang surya
dengan gagah berani memancarkan cahayanya.
***
Tahun
lalu Tanggal 26 oktober masih kita kenang betapa banyak korban jiwa yang melayang
akibat merapi. Manusia, hewan, tumbuhan dan bangunan-bangunan luluh lantah
gara-gara letusan merapi. Semua berlalu dengan cepat namun membawa luka dan
duka yang terlalu mendalam. Sampai saat ini bencana merapi itu tak kunjung
henti-hentinya. Lahar dingin masih mengguncang warga yang dekat dengan merapi
dan sekitarnya.
Semua berawal dari
diri kita sendiri untuk menjaga dan merawatnya. Kemudian keluarga, masyarakat,
bangsa dan Negara. Akankah semua ituterulang kembali? apakah kita tak beubah daan belajar dari pengalaman. apakah Tsunami Aceh, akan terulang lagi, Gempa Bantul Jogja, dan Gunung Merapi meletus terulang kembali. marilah kita berbedah diri, menjadi insan Illahi yang selalu bersyukur kepadanya. selalu taat pada perintah-NYA.
0 komentar:
Posting Komentar